Menkes Atur Strategi Cegah Orang Sehat Beli Obat Covid-19

yun, CNBC Indonesia
12 July 2021 19:26
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (kiri) berbincang dengan tenaga kesehatan di Trans Studio Mall Cibubur, Jawa Barat, Senin (28/6/2021). CT Corp bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan melibatkan RS Pusat Otak Nasional akan mengadakan program vaksinasi yang terbuka untuk semua KTP Indonesia di 10 lokasi jaringan usaha CT Corp di Jabodetabek. Program ini adalah bentuk CT Corp peduli keselamatan dan kesehatan masyarakat Indonesia.  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meninjau vaksinasi di Trans Studio Mall Cibubur, Jawa Barat, Senin (28/6/2021).  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin angkat bicara terkait melonjaknya harga obat-obatan yang digunakan untuk pasien Covid-19.

"Saya memahami masyarakat panik. Ini kejadian sepetti di perbankan, harga dolar naik, orang panik beli dolar. Padahal sebelumnya tak perlu dolarnya. Akibatnya dolar langka," katanya kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Senin (12/7/2021).

Hal ini menurutnya terjadi juga pada beberapa obat-obatan yang sempat menjadi buruan masyarakat. Obat tersebut mulai dari Oseltamivir hingga Remdesivir yang menurutnya untuk mendapatkan obat tersebut harus dengan resep dokter.

"Bukan obat seperti vitamin C dikonsumsi bebas. Ini ada dampaknya," kata dia.

Yang terjadi saat ini, tak dipungkiri olehnya bahwa semua orang merasa khawatir. Semua orang seolah-olah menjadi dokter yang lantas membeli obat-obatan tersebut.

"Kita sedang perbaiki kok obat-obat bisa dibeli, harusnya tidak bisa dibeli umum. Akibatnya semua keluarga stok. Sekarang obatnya ada di rumah yang orangnya sehat, sehingga kekurangan, harga naik mahal," tegasnya.

Sebelumnya dia juga mengatakan, pemerintah mendapatkan jatah impor sebanyak 150 ribu obat Remdesivir. Selain itu, pemerintah juga mendapatkan jatah sebanyak 3.000 untuk obat Actemra.

"Ini memang di dunia rebutannya tinggi sekali," tuturnya.

Dia memastikan untuk obat terapi lainnya seperti Oseltamivir, Azithromycin dan Favipiravir tidak memiliki masalah karena masih dapat diproduksi dalam negeri. Menurutnya, obat-obatan tersebut hanya terkendala distribusi.

"Kita imbau mereka [distributor farmasi] segera melepaskan stok di masyarakat, apotek, dan rumah sakit agar masyarakat bisa mendapatkan akses obat tersebut dengan harga yang wajar," pungkasnya.


(yun/yun)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article WHO Rekomendasikan Obat Ini untuk Pasien Covid-19

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular