Harga Lagi Melejit, Industri Batu Bara "Kebal" Corona

Jakarta, CNBC Indonesia - Meski dalam negeri tengah dalam situasi mengkhawatirkan terkait terus "meledaknya" angka kasus penularan Covid-19, namun ternyata situasi ini tidak berdampak pada industri tambang batu bara.
Bahkan, salah satu produsen tambang batu bara terbesar di Indonesia mengatakan produksi batu bara perusahaan saat ini mendekati kapasitas normal produksi.
Hal tersebut disampaikan oleh General Manager dan External Affairs PT Arutmin Indonesia Ezra Sibarani. PT Arutmin Indonesia merupakan anak usaha dari PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan masuk ke dalam 10 besar produsen batu bara terbesar di Indonesia.
Ezra mengatakan, hal ini terjadi karena harga batu bara yang juga tengah melonjak tajam, sehingga perusahaan tidak mengurangi produksi.
"Bedanya dulu (saat PSBB tahun lalu) harga hancur, jadi kita kurangi (produksi)," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Senin (12/07/2021).
Namun di tahun ini di tengah lonjakan harga, produksi mendekati kapasitas normal.
"Ya lebih mendekati ke normal kapasitas produksi," ujarnya.
Namun dia menjelaskan, terkait Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, ini berpengaruh pada jam operasional di kantor karena diberlakukan kebijakan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) secara penuh.
"Untuk kegiatan operasional di lapangan berjalan dengan seperti biasanya. Shift seperti biasa kan operasi kita 24 jam," ungkapnya.
Bagi pekerja yang dinyatakan positif Covid-19, menurutnya perusahaan telah menyediakan klinik dan tenaga medis untuk melakukan isolasi mandiri.
"Kita ada klinik khusus lengkap, termasuk dokter dan peralatan dan ruangan isoman khusus untuk yang positif," tuturnya.
Menurutnya, dalam menjalankan kegiatan penambangan, protokol kesehatan dijalankan dengan ketat, sehingga penyebaran Covid-19 bisa dikendalikan.
"Karyawan ada yang kena Covid-19 tetapi tidak banyak karena kita memiliki prokes yang sangat ketat," tegasnya.
PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menargetkan produksi batu bara pada 2021 ini maksimal mencapai 90 juta ton, dengan kisaran 85-90 juta ton. Target ini naik 11% dibandingkan realisasi produksi pada 2020 sebanyak 81 juta ton.
Dari target produksi tersebut, produksi batu bara dari PT Kaltim Prima Coal (KPC) ditargetkan mencapai produksi 60-62 juta ton, dan Arutmin sebanyak 25-27 juta ton.
Harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) pada akhir pekan lalu, Jumat (09/07/2021) berada di US$ 136,1 per ton, melonjak 1,49% dibandingkan hari sebelumnya. Sepanjang pekan lalu, harga batu bara melonjak 3,56%. Sementara dalam sebulan terakhir, kenaikannya mencapai 19,39%
Investor masih melihat potensi kenaikan harga batu bara seiring lonjakan permintaan. Ini karena dunia mulai pulih dari dampak pandemi Covid-19.
Sementara Harga Batu Bara Acuan (HBA) Juli 2021 sebesar US$ 115,35 per ton, naik hampir 15% dari HBA Juni 2021 US$ 100,33 per ton.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, HBA di bulan Juli 2021 ini menjadi yang tertinggi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi mengungkapkan, konsumsi batu bara China terus mengalami lonjakan.
"Kapasitas pasokan batu bara domestik Tiongkok terus menipis seiring kembalinya geliat aktivitas pembangkit listrik," jelas Agung, dalam keterangan resmi Kementerian, Senin (5/7/2021).
[Gambas:Video CNBC]
Arutmin Klaim Lampaui Target DMO Batu Bara, Nih Penjelasannya
(wia)