
Pabrik Sepatu Deg-Degan Kena Tutup Saat PPKM Darurat

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri sepatu berbasis ekspor kini sedang bergairah dalam memenuhi kebutuhan pasar luar negeri. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil sepatu branded kenamaan dunia, banyak pabrikan dalam negeri yang bekerjasama dengan brand seperti Adidas, Nike hingga Puma.
Namun, industri ini terancam dengan pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Darurat berlaku 3-20 Juli 2021. Padahal, beberapa pabrik sudah terikat kontrak dengan perusahaan sepatu kenamaan dunia tersebut. Jika tidak ada jaminan bahwa operasi pabrik tetap berjalan, maka klien bisa kabur.
"Karena kita nggak lihat posisi sekarang saja, kalau tutup, pabrik nggak bisa deliver produk, buyer akan pikir request ke lain. Ini kejadian saat kudeta Myanmar, demo besar-besaran, pabrik-pabrik disana sulit beroperasi. Jadi brand besar mengalihkan ke kita. Kalau kejadian menutup diri, sementara demand ada, potensi kehilangan pasar diambil negara lain," kata Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), Firman Bakri kepada CNBC Indonesia, Kamis (1/7/21).
Pilihan Redaksi |
Keyakinan besarnya pasar ekspor karena saat ini beberapa negara tujuan utama telah berangsur pulih dari pandemi. Hal itu terlihat dari gelaran Piala Eropa 2020 (berlangsung 2021) yang berlangsung di beberapa negara, dimana penonton bisa datang ke stadion tanpa menggunakan masker. Segmen olahraga ini yang menjadi pasar utama dari industri sepatu di Indonesia.
"Ini agak beda dengan 2020, bulan April saat PSBB itu beberapa negara tujuan ekspor mengalami hal yang sama, bahkan lebih buruk dari kita. Eropa seperti Italia, kemudian China, AS. Sekarang kondisinya beda, kita pandemi tapi negara tujuan ekspor seperti China sudah bagus, Eropa sekarang sudah bisa nonton Euro 2020, AS juga sama, negara tujuan ekspor terbesar kita di tiga itu," sebut Firman.
Di sisi lain, pabrikan juga sudah terikat kontrak, beberapa ada yang sudah tahunan. Jika produksi tidak terpenuhi, bisa jadi Adidas-Nike Cs itu pindah haluan ke negara lain. Salah satu yang disayangkan, nilai ekspor juga besar.
"Nilai ekspor kita pada brand-brand besar tadi US$ 3 miliar, bahkan lebih. Kalau produksi tetap bisa jalan, ekspor tetap jalan sehingga competitiveness bisa terjaga untuk keseimbangan antara ekonomi dan kesehatan kita," jelas Firman.
Dalam ketentuanPPKM darurat yang berlaku 3 Juli 2021, hanya diatur sektor kritikal diperbolehkan WFO dengan kapasitas maksimum 100 persen. Namun, tetap memberlakukan protokol kesehatan ketat.
Sektor kritikal meliputi sektor energi, kesehatan, keamanan, logistik dan transportasi, industri makanan, minuman dan penunjang. Kemudian, sektor petrokimia, semen, objek vital nasional, penanganan bencana, proyek strategis nasional, konstruksi, utilitas dasar (seperti listrik dan air), serta industri pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat sehari-hari.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waspada! Pandemi Mirip Covid Diramal Muncul Lagi