Petugas Puskesmas Jagakarsa melakukan fogging di RT 07/RW 07, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Jumat (25/6/2021). Fogging dilakukan sebagai upaya pencegahan demam berdarah. Diketahui fogging dilakukan mengingat tingginya curah hujan yang bisa menimbulkan potensi kasus demam berdarah dengue akibat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ketua RT 07 Jumada mengatakan sudah ada 8 orang sudah yang terkena demam berdarah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Satu persatu area di kawasan pemukiman difogging. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue yang menginfeksi bagian tubuh dan sistem peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty yang terinfeksi. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Petugas Puskesmas mengatakan kegiatan ini juga untuk antisipasi warga yang sakit bertambah karena munculnya penyakit endemis DBD di tengah lonjakan kasus Covid-19. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Dikutip dari Covid19.go.id, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes dr. Siti Nadia Tarmizi menyampaikan masyarakat perlu waspada dengan ancaman penyakit yang disebabkan oleh nyamuk ini, terutama di daerah dengan angka kasus Covid-19 yang tinggi. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Menurutnya, demam berdarah adalah suatu penyakit yang sampai sekarang juga belum ada obatnya. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Di masa pandemi Covid-19 dan ancaman penyakit demam berdarah, Siti Nadia menyampaikan tantangan yang dihadapi masyarakat. Pertama, kegiatan jumantik atau juru pemantau jentik menjadi tidak optimal karena saat ini menuntut adanya social distancing. Kedua, sudut-sudut bagian bangunan seperti mushola, tempat ibadah, dan bangunan lain yang ditinggalkan. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)