
Konsumsi Listrik Turun, 15 GW Pembangkit Baru Dikurangi

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah menyusun Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030. Di dalam RUPTL yang tengah disusun ini diperkirakan akan ada pengurangan kapasitas pembangkit baru sekitar 15 giga watt (GW) dibandingkan RUPTL 2019-2028.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana dalam diskusi daring, Jumat (18/06/2021). Rida mengatakan, dari target penambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 56 GW pada RUPTL 2019-2028, maka di dalam RUPTL 2021-2030 ini tambahan pembangkit listrik diperkirakan turun menjadi hanya sebesar 41-42 GW.
Dia mengatakan, penurunan tambahan kapasitas pembangkit listrik ini dikarenakan adanya perubahan perkiraan pertumbuhan konsumsi listrik. Di dalam RUPTL 2019-2028 proyeksi pertumbuhan konsumsi listrik rata-rata diperkirakan sebesar 6,4%. Namun realita dalam beberapa tahun ini dan utamanya pada tahun lalu sudah tidak sejalan dengan perkiraan tersebut.
Oleh karena itu, di dalam RUPTL 2021-2030 yang tengah disusun saat ini, proyeksi pertumbuhan konsumsi listrik diperkirakan hanya 4,9%.
"Kenapa di-adjust, ya kondisinya seperti itu. Nggak bisa asumsi growth di sekitar 6% ke atas. Di RUPTL 2019-2028 dengan rata-rata 6,4%, lihat realitas selama ini, tahun kemarin gak sejalan," ungkap Rida dalam sebuah webinar, Jumat (18/06/2021).
Koreksi pertumbuhan konsumsi listrik sekitar 1,5%, menjadi 4,9% itu menurutnya akan berdampak juga pada target pembangunan pembangkit listrik, transmisi dan gardu Induk (GI).
"Target 56 GW (RUPTL lama) dan yang baru (RUPTL baru) 41-42 GW, ada pengurangan 15 GW. RUPTL sedang disusun, dari sisi penambahan ada perubahan proyeksi pertumbuhan (konsumsi listrik) yang berdampak pada pembangkit dan GI, ujungnya investasi juga turun," jelasnya.
Dia mengatakan, pihaknya akan mengkaji ulang rencana penambahan pembangkit di mana di dalam RUPTL sebelumnya ditargetkan mencapai 56 GW. Dari target tersebut, akan dipilah mana saja yang tidak realistis dan itu lah yang akan dicoret dari RUPTL baru nantinya.
"Kita coret pembangkit basis fosil yang tahapannya belum ke Power Purchase Agreement (PPA/ perjanjian jual beli listrik), atau jauhnya, belum konstruksi. Kita pelototin lagi. Kita bicara pada PLN penurunan growth turunnya pada pembangkit 56 GW ke 42 GW dan di dalamnya komposisi beda," paparnya.
Menurutnya, pembangkit yang bakal banyak dicoret adalah pembangkit berbasis fosil dan di sisi lain pembangkit listrik EBT akan dinaikkan.
"Yang awalnya RUPTL 2019-2028 bauran 30% EBT dan 70% fosil, tapi dengan adanya koreksi asumsi ini, maka komposisi 45%-50% lah untuk EBT," imbuhnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tambahan Pembangkit Listrik RI 2021 Jauh dari Target, Kenapa?
