
Harga Cabai Sampai Daging Turun Berjamaah, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) meramal deflasi bakal terjadi lagi di bulan Juni ini. Penyebabnya adalah mulai turunnya harga kebutuhan setelah periode Lebaran Idul Fitri Mei 2021.
Dalam Survei Perkembangan Harga (SPH) pekan kedua bulan Juni, bank sentral nasional tersebut memperkirakan inflasi secara bulanan (month on month/mom) bakal minus 0,09%.
Dengan perkembangan tersebut maka inflasi Juni diperkirakan sebesar 1,4% (year on year/yoy) dan 0,81% (year to date/ytd). Angka tersebut semakin menunjukkan bahwa inflasi di dalam negeri masih jinak, bahkan di bawah target sasaran pemerintah dan BI di 3% plus minus 1 poin persentase.
Penyumbang deflasi masih diakibatkan oleh turunnya harga bahan makanan dan tarif angkutan umum. Komoditas daging ayam ras dan cabai merah masing-masing bakal menyumbang inflasi sebesar -0,09% (mom).
Kemudian barang dan jasa kebutuhan lain yang diramal bakal berkontribusi terhadap deflasi antara lain tarif angkutan antarkota -0,06% (mom), cabai rawit -0,04% (mom), bawang merah -0,02% (mom), kelapa, tomat dan daging sapi masing-masing sebesar -0,01% (mom).
Sementara itu, beberapa komoditas mengalami inflasi, antara lain telur ayam ras sebesar 0,04% (mom) emas perhiasan sebesar 0,03% (mom) minyak goreng, sawi hijau, kacang panjang, nasi dengan lauk dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01% (mom).
Apabila melihat perkembangan harga bahan makanan di pasaran terutama di pasar tradisional, deflasi memang mungkin terjadi. Sesuai dengan perkiraan BI, harga cabai dan daging ayam bakal menjadi penyumbang deflasi.
Mengacu pada data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga cabai rawit merah turun sebesar 28,2% (mom), cabai rawit hijau turun 17,4% (mom) dan untuk cabai merah besar serta keriting masing-masing turun 31% dan 30% (mom).
Harga daging ayam ras segar yang sebelumnya tembus Rp 40.000/kg kini sudah menurun. Per 11 Juni 2021 atau akhir pekan lalu harga daging ayam telah turun 4,2% (mom).
Berbeda dengan daging ayam, harga telur ayam ras segar justru mengalami kenaikan tetapi terbatas sebesar 1,1% (mom) menjadi Rp 26.450/kg. Harga minyak goreng juga naik 1% (mom) dari bulan lalu menjadi Rp 14.450/kg.
Penurunan harga-harga memang secara historis terjadi setelah momentum puasa dan lebaran usai. Permintaan akan kebutuhan pokok yang tidak setinggi sebelumnya, pasokan yang mencukupi serta harga yang sudah terlampau tinggi membuat harga sembako perlahan mulai menurun.
Sehingga seharusnya deflasi di bulan Juni lebih mencerminkan faktor musiman saja. Bukan merupakan perubahan drastis akibat penurunan daya beli masyarakat. Belum lama ini beredar wacana bahwa pemerintah bakal menaikkan tarif PPN untuk sembako.
Terlepas dari perdebatan yang bergulir, dampak peningkatan tarif PPN untuk sembako setidaknya menjadi 1% dari sebelumnya 0% akan berdampak pada peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK).
Hanya saja peningkatannya tipis saja karena kalaupun tarif PPN lain dikenakan kenaikan dari 10% menjadi 12% dampak ke tambahan inflasi tahunan hanya 0,2 - 0,4% saja dari berbagai kajian. Peningkatan IHK sebesar itu tak membuat inflasi di Indonesia lantas melesat tajam.
Namun yang perlu diperhatikan dan diperhitungkan adalah momentum dari agenda konsolidasi fiskal itu sendiri.