Harga Cabai Sampai Daging Turun Berjamaah, Ada Apa?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
14 June 2021 16:45
Pasar (Inflasi)
Foto: Pedagang menjual bahan makanan di pasar Klender, Jakarta, CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) meramal deflasi bakal terjadi lagi di bulan Juni ini. Penyebabnya adalah mulai turunnya harga kebutuhan setelah periode Lebaran Idul Fitri Mei 2021. 

Dalam Survei Perkembangan Harga (SPH) pekan kedua bulan Juni, bank sentral nasional tersebut memperkirakan inflasi secara bulanan (month on month/mom) bakal minus 0,09%. 

Dengan perkembangan tersebut maka inflasi Juni diperkirakan sebesar 1,4% (year on year/yoy) dan 0,81% (year to date/ytd). Angka tersebut semakin menunjukkan bahwa inflasi di dalam negeri masih jinak, bahkan di bawah target sasaran pemerintah dan BI di 3% plus minus 1 poin persentase. 

Penyumbang deflasi masih diakibatkan oleh turunnya harga bahan makanan dan tarif angkutan umum. Komoditas daging ayam ras dan cabai merah masing-masing bakal menyumbang inflasi sebesar -0,09% (mom). 

Kemudian barang dan jasa kebutuhan lain yang diramal bakal berkontribusi terhadap deflasi antara lain tarif angkutan antarkota -0,06% (mom), cabai rawit -0,04% (mom), bawang merah -0,02% (mom), kelapa, tomat dan daging sapi masing-masing sebesar -0,01% (mom).

Sementara itu, beberapa komoditas mengalami inflasi, antara lain telur ayam ras sebesar 0,04% (mom) emas perhiasan sebesar 0,03% (mom) minyak goreng, sawi hijau, kacang panjang, nasi dengan lauk dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01% (mom).

Apabila melihat perkembangan harga bahan makanan di pasaran terutama di pasar tradisional, deflasi memang mungkin terjadi. Sesuai dengan perkiraan BI, harga cabai dan daging ayam bakal menjadi penyumbang deflasi.

Mengacu pada data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga cabai rawit merah turun sebesar 28,2% (mom), cabai rawit hijau turun 17,4% (mom) dan untuk cabai merah besar serta keriting masing-masing turun 31% dan 30% (mom). 

Harga daging ayam ras segar yang sebelumnya tembus Rp 40.000/kg kini sudah menurun. Per 11 Juni 2021 atau akhir pekan lalu harga daging ayam telah turun 4,2% (mom). 

Berbeda dengan daging ayam, harga telur ayam ras segar justru mengalami kenaikan tetapi terbatas sebesar 1,1% (mom) menjadi Rp 26.450/kg. Harga minyak goreng juga naik 1% (mom) dari bulan lalu menjadi Rp 14.450/kg. 

Penurunan harga-harga memang secara historis terjadi setelah momentum puasa dan lebaran usai. Permintaan akan kebutuhan pokok yang tidak setinggi sebelumnya, pasokan yang mencukupi serta harga yang sudah terlampau tinggi membuat harga sembako perlahan mulai menurun. 

Sehingga seharusnya deflasi di bulan Juni lebih mencerminkan faktor musiman saja. Bukan merupakan perubahan drastis akibat penurunan daya beli masyarakat. Belum lama ini beredar wacana bahwa pemerintah bakal menaikkan tarif PPN untuk sembako. 

Terlepas dari perdebatan yang bergulir, dampak peningkatan tarif PPN untuk sembako setidaknya menjadi 1% dari sebelumnya 0% akan berdampak pada peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK).

Hanya saja peningkatannya tipis saja karena kalaupun tarif PPN lain dikenakan kenaikan dari 10% menjadi 12% dampak ke tambahan inflasi tahunan hanya 0,2 - 0,4% saja dari berbagai kajian. Peningkatan IHK sebesar itu tak membuat inflasi di Indonesia lantas melesat tajam. 

Namun yang perlu diperhatikan dan diperhitungkan adalah momentum dari agenda konsolidasi fiskal itu sendiri. 

Harga bahan pangan dunia terus mengalami kenaikan. Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) melaporkan indeks harga pangan dunia naik 5,8 poin atau setara dengan 4,8% (mom) dibanding dengan bulan sebelumnya menjadi 127,1.

Namun apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya indeks harga pangan dunia mengalami kenaikan sebesar 36,1 poin atau setara dengan 39,7% (yoy). 

Kenaikan harga pangan dunia di bulan Mei merupakan kenaikan bulanan terbesar sejak Oktober 2010. Ini juga menandai kenaikan bulanan kedua belas secara berturut-turut ke nilai tertinggi sejak September 2011.

Kenaikan tajam di bulan Mei mencerminkan lonjakan harga minyak nabati, gula dan sereal bersama dengan menguatnya harga daging dan susu. Peningkatan harga yang paling tinggi dialami di kelompok minyak nabati yang naik 7,8% (mom). 

Di posisi kedua penyumbang terbesar kenaikan harga pangan global adalah peningkatan harga gula secara bulanan sebesar 6,8%. Baru di posisi ketiga ada harga sereal yang naik 6% (mom), daging yang naik 2,2% (mom) dan terakhir adalah produk olahan susu yang meningkat 1,5% (mom). 

Kenaikan harga pangan dunia ini tak pelak membuat inflasi di berbagai negara mulai merangkak naik. Kombinasi perbaikan permintaan dan ketatnya pasokan untuk sejumlah komoditas pangan menjadi pemicu inflasi harga pangan. 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular