Heboh Penampakan Pangkalan Udara Misterius di Kawasan Arab

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
25 May 2021 20:55
Bystanders stand near the runway of Yemen southern city of Aden’s airport shortly after an explosion hit as a government plane landed, Wednesday, Dec. 30, 2020. The blast struck the airport building shortly after a Yemenia airlines plane carrying the newly formed Cabinet landed. No one on the government plane was hurt.  (AP Photo/Wael Qubady)
Foto: Ledakan di Bandara Internasional Aden, Yaman, Rabu (30/12/2020). (AP Photo/Wael Qubady)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah pangkalan udara misterius sedang dibangun di sebuah pulau vulkanik di lepas pantai Yaman. Pembangunan tersebut terletak di salah satu titik penting (chokepoint) maritim dunia untuk pengiriman energi dan kargo komersial.

Namun tidak ada negara yang mengklaim pangkalan udara Pulau Mayun di Selat Bab el-Mandeb tersebut. Namun, diduga proyek ini terhubung ke Uni Emirat Arab (UEA). Tahun lalu UEA sempat melakukan pembangunan landasan pacu besar-besaran, yang melintasi pulau sepanjang 3,5 mil.

"Ini tampaknya menjadi tujuan strategis jangka panjang untuk membangun kehadiran yang relatif permanen," kata Jeremy Binnie, editor Timur Tengah dari perusahaan intelijen sumber terbuka Janes, yang telah mengikuti pembangunan di Mayun selama bertahun-tahun.

Binnie mengatakan itu "mungkin bukan hanya tentang perang Yaman dan Anda harus melihat situasi pengiriman cukup penting di sana".

Pejabat di pemerintah Yaman, yang diakui secara internasional, mengatakan UEA berada di balik pembangunan pangkalan baru ini, meski pada 2019 negara tersebut mengumumkan penarikan pasukan dari kampanye militer pimpinan Saudi yang memerangi pemberontak Houthi Yaman.

Para pejabat, berbicara kepada AP dengan syarat anonim, mengatakan kapal Emirat telah mengangkut senjata, peralatan dan pasukan militer ke Pulau Mayun dalam beberapa pekan terakhir.

Kapal tunda yang terkait dengan Echo Cargo & Shipping yang berbasis di Dubai dan kapal pendarat dan pengangkut dari Bin Nawi Marine Services yang berbasis di Abu Dhabi membantu membawa peralatan ke pulau itu dalam upaya pertama itu, menurut sinyal pelacakan yang direkam oleh perusahaan data Refinitiv.

Foto satelit pada saat itu menunjukkan mereka menurunkan perlengkapan dan kendaraan di pelabuhan sementara di tepi pantai.

Echo Cargo & Shipping menolak berkomentar, sementara Bin Nawi Marine Services tidak menanggapi permintaan komentar. Data pengiriman baru-baru ini menunjukkan tidak ada kapal yang tercatat di sekitar Mayun, menunjukkan siapa pun yang menyediakan transportasi untuk konstruksi terbaru mematikan perangkat pelacakan Sistem Identifikasi Otomatis kapal mereka agar tidak teridentifikasi.

Pihak pejabat UEA di Abu Dhabi dan kedutaan UEA di Washington tidak menanggapi permintaan komentar mengenai pembangunan landasan pacu tersebut.

Dilansir dari The Guardian, landasan pacu di Pulau Mayun memungkinkan siapapun yang mengendalikannya untuk memproyeksikan kekuatan ke selat, dan dengan mudah meluncurkan serangan udara ke daratan Yaman. Ini juga menyediakan basis untuk setiap operasi ke Laut Merah, Teluk Aden dan Afrika timur di dekatnya.

Gambar satelit dari Planet Labs yang diperoleh Associated Press menunjukkan kendaraan konstruksi membangun landasan pacu sepanjang 1,85 km (6.070 kaki) di pulau itu pada 11 April. Pada 18 Mei, pekerjaan itu tampak selesai, dengan tiga hanggar dibangun di landasan pacu tepat di sebelah selatan landasan pacu.

Landasan pacu sepanjang itu dapat menampung pesawat serang, pengintai, dan angkut. Upaya sebelumnya dimulai menjelang akhir 2016 dan kemudian ditinggalkan membuat para pekerja mencoba membangun landasan pacu yang lebih besar dengan panjang lebih dari 3 km, yang akan memungkinkan menaruh alat pembom terberat.

Para pejabat militer mengatakan ketegangan baru-baru ini antara UEA dan presiden Yaman, Abd Rabbu Mansour Hadi, sebagian berasal dari permintaan Emirat agar pemerintahnya menandatangani perjanjian sewa 20 tahun untuk Mayun. Pejabat Emirat belum mengakui ketidaksepakatan apa pun.

Sebelumnya, proyek konstruksi awal yang gagal terjadi setelah Emirat dan pasukan sekutunya merebut kembali pulau itu dari militan Houthi yang didukung Iran pada 2015. Pada akhir 2016, gambar satelit menunjukkan konstruksi sedang berlangsung di sana.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ledakan di Pangkalan Udara Crimea, Satu Orang Tewas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular