
Permintaan BBM Lemah, Gimana Nasib Proyek Rp 602 T Pertamina?

Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia masih menghadapi lemahnya permintaan bahan bakar minyak (BBM) akibat pandemi Covid-19 dan juga meningkatnya kesadaran untuk mulai beralih ke energi lebih ramah lingkungan. Kondisi ini bahkan membuat dua perusahaan kilang di Jepang, Eneos Holdings Incorporated dan Idemitsu Kosan memutuskan menjual asetnya dan menurunkan target laba hingga 2023 mendatang.
Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Kini Indonesia melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Pertamina (Persero) memiliki sejumlah megaproyek kilang senilai US$ 43 miliar atau sekitar Rp 602 triliun (asumsi kurs Rp 14.000 per US$) yang masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN). Setidaknya lima proyek kilang ekspansi atau Refinery Development Master Plan (RDMP) dan satu kilang baru (Grass Root Refinery/GRR) masuk ke dalam rencana besar Pertamina dan juga PSN.
Fajriyah Usman, Pjs. Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina, mengatakan pihaknya masih konsisten mengoperasikan proyek kilang yang telah ada dan mengembangkan proyek kilang baru, sesuai dengan rencana perseroan dan sejalan dengan PSN.
Dia menilai, keberadaan kilang Pertamina untuk Indonesia sangat penting, terutama untuk memenuhi kebutuhan domestik dan mengurangi impor BBM.
"Ke depan, kilang Pertamina juga diintegrasikan dengan petrochemical yang varian produknya akan lebih valuable dengan demand yang semakin meningkat," ujarnya.
Dia mengatakan, untuk salah satu proyek RDMP, yakni RDMP Kilang Balikpapan, per akhir Januari 2021 lalu telah mencapai kemajuan pembangunan fisik sebesar 28%.
Pihaknya pun mengaku tidak khawatir terkait pendanaan megaproyek kilang ini karena perseroan akan mengusulkan pendanaan melalui Lembaga Pengelola Investasi Indonesia atau Sovereign Wealth Fund Indonesia, Indonesia Investment Authority (INA)
"Terkait pendanaan, kami juga sedang menjajaki potensi kerja sama dengan INA," ujarnya.
Seperti diketahui, Pertamina kini mengoperasikan enam kilang BBM dan tengah membangun proyek ekspansi kilang, baik RDMP maupun kilang baru (GRR). Proyek RDMP antara lain kilang Balikpapan, Dumai, Balongan, dan Cilacap, dan kilang baru di Tuban, serta proyek kilang hijau atau dikenal dengan nama biorefinery di kilang Plaju dan Cilacap.
Berdasarkan data Pertamina per Februari 2021, total investasi untuk sejumlah proyek kilang tersebut mencapai US$ 43 miliar atau sekitar Rp 602 triliun (asumsi kurs Rp 14.000 per US$). Proyek ini ditujukan untuk mengolah 1,4 juta barel per hari (bph) minyak mentah dari sekitar 1 juta bph saat ini.
Proyek ini ditargetkan memproduksi BBM sekitar 1,2 juta bph dari saat ini sekitar 600 ribu bph, lalu produksi petrokimia naik menjadi 12 juta ton per tahun dari saat ini sekitar 1,66 juta ton per tahun. Adapun BBM yang dihasilkan memiliki standar Euro V dari saat ini masih standar Euro II.
Berikut sejumlah proyek kilang minyak Pertamina yang termasuk dalam Proyek Strategis Nasional:
1. Kilang minyak Bontang, Kalimantan Timur.
2. Kilang minyak Tuban, Jawa Timur.
3. Konstruksi tangki penyimpanan BBM, Indonesia Bagian Timur.
4. Konstruksi tangki penyimpanan LPG, Indonesia Bagian Timur.
5. Upgrading kilang-kilang existing/ Refinery Development Master Plan (RDMP) di Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Riau, dan Sumatera Selatan.
6. Upgrading kilang existing (RDMP) dan industri petrokimia Balongan, Jawa Barat.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Heboh! Satu Desa Borong Mobil Gegara Ganti Rugi Kilang Tuban