
AS Geger! Jaringan Pipa BBM Terbesar Shutdown Diserang Hacker

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) pening. Pasalnya serangan hacker menargetkan jaringan pipa bahan bakar terbesar di negeri itu, Jumat (7/5/2021) lalu.
Alhasil, sistem di Colonial Pipeline (Saluran Pipa Kolonial) offline. Meski sejumlah jalur sudah dibuka kembali, tapi sistem jalur pipa utama masih tutup.
Kejadian yang melibatkan ransomware ini menjadi salah satu serangan hacker yang dianggap paling mengganggu yang pernah dilaporkan. Ransomware adalah jenis malware yang dirancang untuk mengunci sistem dengan mengenkripsi data dan menuntut pembayaran untuk mendapatkan kembali akses.
Melansir Reuters, Colonial Pipeline mengatakan telah melibatkan firma keamanan siber untuk membantu penyelidikan dan menghubungi penegak hukum dan agen federal. Sumber industri keamanan siber mengatakan perusahaan keamanan siber FireEye (FEYE.O) didatangkan untuk menanggapi serangan tersebut.
"Colonial Pipeline mengambil langkah-langkah untuk memahami dan menyelesaikan masalah," kata perusahaan itu.
"Fokus utama kami adalah pemulihan layanan kami yang aman dan efisien dan upaya kami untuk kembali beroperasi normal."
Colonial Pipeline sendiri mengirimkan lebih dari 2,5 juta barel per hari (bpd) bahan bakar berupa bensin, solar, dan bahan bakar untuk jet, dari Gulf Coast ke negara bagian di timur dan tenggara yang padat penduduk. Florida, Georgia, Alabama, Carolina Selatan, Carolina Utara, dan Tennessee bergantung pada jalur itu.
Kejadian ini diyakini akan menaikkan harga bahan bakar di AS. Pasalnya saat ini, permintaan tengah naik-naiknya di tengah banyaknya orang yang mulai melakukan perjalanan karena vaksinasi corona yang massif membuat hilangnya kekhawatiran akan virus.
Badan-badan pemerintah AS, termasuk FBI, mengatakan mereka mengetahui situasi tersebut. Tetapi belum memiliki rincian siapa yang berada di balik serangan itu.
Dalam sebuah pernyataan Presiden AS Joe Biden menyatakan bahwa Gedung Putih sedang bekerja untuk menganalisis dampak dari insiden ini serta berupaya untuk memulihkan segera penghentian distribusi.
"Kami sedang menilai implikasi dari insiden ini, menghindari gangguan pada pasokan dan membantu perusahaan untuk memulihkan operasi pipa secepat mungkin," ucap Biden.
Sementara itu, Bloomberg menyebut pencurian data Colonial Pipeline sudah dilakukan sejak Kamis lalu. Sumber media itu menyebut kelompok yang melakukan serangan bernama Darkside dan mengambil 100 gigabyte data hanya dalam waktu dua jam.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Krisis Makanan, Supermarket di Amerika Serikat Mulai Kosong
