
Prabowo Masih Muter, Alutsista Singapura Cs Makin Modern!

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto harus mengunjungi banyak negara dalam misi memodernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) di Indonesia. Di sisi lain, negara-negara tetangga juga tak kalah sigap, sudah lebih dulu memodernisasi alutsistanya.
Negara yang dikunjungi Prabowo antara lain Austria, Prancis, Amerika Serikat, Korea Selatan, Jepang, Austria, Turki, Rusia, hingga Jerman. Namun, hingga kini belum ada kepastian mengenai alutsista mana yang bakal menjadi pilihan Indonesia.
"Proses pembelian memang membutuhkan waktu agak lama dari soal anggaran, spesifikasi teknis, kontrak dengan kemudian pembuatan, apalagi untuk sampai kontrak pun bisa makan waktu 1 atau 2 tahun," kata pengamat militer Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia (Lesperssi), Beni Sukadis kepada CNBC Indonesia.
Di kawasan, dengan memanasnya situasi di Laut China Selatan, negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Filipina, Vietnam sudah memodernisasi alutsista. Bahkan Singapura sudah lebih cepat memoderdinasinya.
Singapura saat ini memiliki 4 kapal selam operasi, tapi saat ini dalam proses modernisasi. Straitstimes mengungkapkan bahwa Singapura akan mengganti empat kapal selam Challenger dan Archer Class, dengan empat kapal selam Invincible Class tipe 218SG buatan Jerman yang akan mulai pengiriman pada 2022.
Pada tahun lalu Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen mengaku pengiriman kapal selam sempat tertunda karena pandemi, yang harusnya bisa dikirim pada tahun ini.
Selain itu Singapura juga sedang menanti 12 jet tempur siluman yang bisa terbang dan mendarat vertikal F-35 dari AS. Sebanyak 4 unit pertama akan tiba pada 2026 sesuai dengan target.
Berikut negara-negara jiran yang memoderdinasi alutsistanya selain Singapura:
Malaysia
Malaysia mengumumkan perubahan pada armada MiG-29 yang ada dan Angkatan Udara Malaysia akan memilih pesawat tempur antara Korea FA-50 atau JF-17 Thunder sebanyak 18 unit. Sebelumnya pesawat Rafale, Eurofighter dan F-18 pertama juga ditawarkan ke Malaysia. Namun karena menghadapi masalah anggaran dalam program pengadaan baru, Malaysia mengubah platformnya menjadi pesawat serang ringan.
Thailand
Pada 2020, Thailand berencana untuk membeli 3 unit kapal selam buatan China untuk mengimbangi Malaysia yang memiliki 2 unit kapal selam. Thailand berharap ketiga kapal selam tersebut dapat dioperasikan pada 2027. Angkatan Laut Thailand (RTN) meminta anggaran senlai 22,5 miliar baht selama tujuh tahun untuk membayar pengadaan kapal selam tersebut. Namun proposal tersebut mendapat keberatan baik dari pihak oposisi maupun koalisi.
Vietnam
Kementerian Pertahanan Vietnam (MoD) telah memesan untuk pembelian pesawat latih jet Aero Vodochody AEROSPACE L-39.Berdasarkan kesepakatan tersebut, Kementerian Pertahanan akan menerima 12 pesawat latih militer bertenaga turbofan L-39NG.
Penjualan pesawat diumumkan oleh eksportir pertahanan Ceko Omnipol. Omnipol mengatakan: "Kontrak tersebut mencakup akuisisi 12 pesawat L-39NG, ditambah pelatihan pilot, instruktur, awak darat dan mekanik.
"Juga termasuk pasokan suku cadang pesawat, serta pasokan peralatan untuk pelatihan di darat, dukungan logistik atau sistem bandara khusus.
"Ini akan memberi pelanggan kemampuan pelatihan pilot dan awak darat yang lengkap."
Jet pelatih militer adalah varian dari L-39 Albatros. Ini pertama kali diluncurkan pada Oktober 2018 dan menyelesaikan uji coba penerbangan pada awal 2020.
L-39 Albatros adalah pesawat bermesin tunggal dengan dua tempat duduk yang diproduksi untuk Angkatan Udara Cekoslowakia.
Vietnam juga sudah memodernisasi alutsista kapal selam yang bermula pada 11 tahun lalu, seperti dilaporkan media lokal Vietnam, vnexpress.net, pada Desember 2009, Vietnam dan Rusia sepakat soal pembelian 6 kapal selam Kilo Class senilai US$ 2 miliar, artinya satu unitnya sekitar US$ 333 juta.
Pada 2015, kapal selam mereka sudah berpatroli di Laut China Selatan, dan pada 2017 merupakan pengiriman unit terakhir sehingga Vietnam genap punya 6 kapal selam.
Filipina
Pada Februari 2021, Filipina mengatakan akan melanjutkan pembelian 15 helikopter Black Hawk. (Sumber : Defense News, April 16, 2021)
Pada 2 Maret 2021, Filipina dan India menandatangani perjanjian antar pemerintah tentang pengadaan peralatan pertahanan, yang membuka jalan bagi penjualan rudal Brahmos ke Filipina.
Sebagai catatan, Filipina sudah menunjukkan ketertarikan untuk pembelian BrahMos sejak 2016. Dilaporkan bahwa negosiasi telah dilakukan sejak 2019 terkait pengadaan dua baterai ponsel untuk tentara Filipina di bawah program Land-Based Missile System (LBMS).
BrahMos adalah rudal jelajah supersonik ramjet jarak menengah yang dapat menargetkan kapal dan target darat dan dapat diluncurkan dari kapal selam, kapal, pesawat, atau darat.
Senjata ini dirancang oleh Brahmos Aeropsace, perusahaan patungan antara NPO Mashinostroyeniya dari Federasi Rusia dan Organisasi Penelitian dan Pengembangan Pertahanan (DRDO) India.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Keliling Cari Senjata, Prabowo Akhirnya Deal dengan Jepang!