Produksi Drop, 3 Bulan Impor Minyak Nambah 2,5 Juta Barel!

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
19 April 2021 13:05
INFOGRAFIS, 10 Kkks Utama Produksi Minyak
Foto: Infografis/10 Kkks Utama Produksi Minyak/Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan produksi minyak sebesar 705.000 barel per hari (bph) di tahun ini. Produksi ini memang lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan minyak dalam negeri sekitar rata-rata 1,6 juta bph.

Sekretaris SKK Migas Taslim Yunus mengatakan, produksi yang masih jauh dari kebutuhan menyebabkan mau tidak mau impor harus tetap dilakukan. Kondisi ini menurutnya sudah terjadi sejak 2006.

"Produksi minyak sesuai APBN 2021 sebesar 705 ribu bph. Kebutuhan minyak dalam negeri sekitar 1,6 juta, maka impor nggak bisa dihindari," ungkapnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Senin (19/04/2021).

Badan Pusat Statistik (BPS) dalam rilis data ekspor impor untuk Maret 2021, impor minyak dan gas bumi (migas) Maret 2021 melonjak 74,74% (month to month) menjadi US$ 2,28 miliar dari US$ 1,30 miliar pada Februari 2021.

Berdasarkan data BPS, peningkatan nilai impor migas ini disebabkan oleh bertambahnya nilai impor minyak mentah sebesar 239,9% atau sebesar US$ 532,8 juta dan hasil minyak naik 58,61% atau US$ 448,7 juta.

Impor minyak mentah pada Maret 2021 naik 239,9% menjadi US$ 754,9 juta dari US$ 222,1 juta pada Februari 2021.

Dari sisi hulu minyak dan gas bumi, Taslim mengatakan, produksi minyak mentah nasional saat ini masih sekitar 677 ribu barel per hari (bph), kurang sekitar 20 ribu bph dari target 705 ribu barel per hari. Artinya, dari sisi pasokan minyak mentah saja masih kurang sekitar 2-2,5 juta bph.

Ini artinya, lanjutnya, kekurangan pasokan minyak mentah ini mau tidak mau dipasok dari impor.

"Produksi minyak 677 ribu bph, masih 96% dari APBN, kurang 20 ribu bph, atau setara 2 juta-2,5 juta barel barel untuk tiga bulan mungkin atau setara tiga hari impor," ujarnya.

Sebelumnya, Pri Agung Rakhmanto, ahli ekonomi energi dan perminyakan Universitas Trisakti dan juga pendiri ReforMiner Institute, berpandangan bahwa lonjakan impor migas ini wajar. Pasalnya, harga minyak naik sekitar 5-6%.

"Wajar ya, nilai impor migas naik karena harga minyak juga meningkat, paling tidak 5-6%," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (16/04/2021).

Selain kenaikan harga minyak, menurutnya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) nasional per bulan sejak awal tahun ini juga terus meningkat. Peningkatan ini menurutnya sejalan dengan perekonomian yang mulai tumbuh.

"Konsumsi BBM per bulan, sejak awal 2021 kan kemungkinan juga terus meningkat seiring ekonomi yang mulai pulih," jelasnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, aktivitas industri, manufaktur khususnya, mulai pulih. Dengan membaiknya perekonomian, imbuhnya, bisa mengembalikan lagi tingkat konsumsi BBM yang sempat anjlok 20% pada 2020 lalu.

"Jadi, kombinasi kedua faktor itu (peningkatan harga dan konsumsi BBM) terutama yang berkontribusi terhadap peningkatan nilai impor migas kita," ujarnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tingkatkan Produksi Migas, Digitalisasi Data Adalah Kunci!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular