Jelang Lebaran 2021 Pengusaha Tak Semangat, Kok Bisa?

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
14 April 2021 18:22
Pembeli memilih kain di salah satu toko tekstil di Pasar Baru, Jakarta, Selasa (6/4/2021). Pemerintah didesak untuk segera memberlakukan penerapan safequard atau perlindungan karena makin markanya produksi tekstil impor di Indonesia. Sekjen Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Rizal Tanzil Rakhman menyebutkan bahwa industri tekstil dan produk tekstil (TPT) sektor kain atau garmen saat ini tengah menghadapi gempuran impor kain yang mencapai 46 persen. Pantauan CNBC Indonesia kain didatangkan langsung dari Tiongkok, India dan Italia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Garmen (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Lebaran seharusnya menjadi momen yang ditunggu-tunggu pelaku usaha di industri tekstil, karena biasanya saat itu panen mendapatkan omset yang besar. Namun, dalam dua tahun berturut-turut sudah lain cerita, pandemi Covid-19 yang berkepanjangan membuat peta konsumsi masyarakat berubah.

Pelaku usaha tidak terlalu berharap pada momen tahunan ini. Selain karena daya beli yang belum pulih, penyebab lainnya adalah cara belanja masyarakat yang mulai ada perbedaan.

"Tren belanja masyarakat Indonesia sudah berubah. Dulu mereka belanja pada event-event tertentu aja seperti Natal, Tahun Baru, Lebaran. Tapi sekarang tren belanja any time. Mereka lihat sesuatu yang bagus, mereka belanja," kata Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja kepada CNBC Indonesia, Rabu (14/4/21).

Dengan demikian, harapan pengusaha tekstil adanya peningkatan omset lebaran tahun ini terkesan tidak begitu besar. Budaya belanja baju baru di hari raya pun mulai terkikis sedikit demi sedikit.

Meski demikian, pengusaha tidak bisa berdiam diri dan perlu pandai dalam melihat peluang, salah satunya perkembangan industri fashion di Indonesia. Jemmy menilai saat ini masyarakat mulai melek dengan penampilan, termasuk kalangan menengah ke bawah sekalipun. Hal seperti ini yang seharusnya diubah menjadi cuan.

"Dari busana, Muslim Indonesia dibanding negara lain lebih trendy, mungkin kebiasaan pakai masker, hijab, ingin senada warnanya. Ini jadi peluang, kita harus kolaborasi. Di Jabar kita bikin percontohan material centre, mendekatkan industri dengan konsumen pakaian jadi, khususnya IKM," katanya.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pemerintah: Kadin Sanggupi Bayar THR Full Tanpa Dicicil

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular