Internasional

Setop Kekerasan Junta Militer, Bisnis Myanmar Tutup Nasional

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
24 March 2021 13:30
Myanmar nationals living in South Korea hold up defaced images of Myanmar's Commander-in-Chief Senior Gen. Min Aung Hlaing during a rally against Myanmar's military coup in front of Myanmar embassy in Seoul, South Korea, Saturday, March 13, 2021. (AP Photo/Ahn Young-joon)
Foto: AP/Ahn Young-joon

Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivis anti-kudeta di Myanmar merencanakan lebih banyak protes untuk menentang kudeta dan kekerasan yang dilakukan aparat junta militer. Rabu (24/3/2021) para pendemo menyerukan aksi diam (silent strike) yang meminta banyak bisnis di negeri itu untuk tutup secara nasional.

Para aktivis juga meminta kepada masyarakat untuk tinggal di rumah. "Tidak ada jalan keluar, tidak ada toko, tidak ada pekerjaan. Semua ditutup. Hanya untuk satu hari," kata Nobel Aung, seorang ilustrator dan aktivis kepada Reuters.

Posting di media sosial (medsos) juga menunjukkan berbagai bisnis di Myanmar, mulai dari jasa transportasi massal, termasuk ride hailers, hingga apotek ikut tutup massal hari ini. Melansir Myanmar Now, bisnis besar seperti City Mart, Grab, dan The Pizza Company juga tutup.

Selain itu, para pengunjuk rasa pro-demokrasi juga akan mengadakan lebih banyak lilin malam termasuk di distrik kota bisnis Yangon dan Thahton di Mon. Aktivis pro-demokrasi sengaja mengubah taktik dan berencana untuk lebih banyak mengadakan aksi diam.

Sikap ini diambil pasca kekerasan yang dilakukan pihak junta militer Myanmar menewaskan seorang anak perempuan berusia 7 tahun, Selasa (23/3/2021). Ia menjadi korban termuda dari kudeta.

Laporan outlet media Myanmar menulis, ia meninggal karena luka peluru di perut. Menurut saksi mata, yang juga merupakan saudara perempuan korban, tentara menembak ayahnya dan memukul gadis yang duduk di pangkuannya di dalam rumah mereka.

Selain gadis tersebut, dua pria juga tewas di lokasi perumahan mereka. Ini menambah jumlah korban kekerasan aparat yang dicatat he Assistance Association for Political Prisioners (AAPP) menjadi 275 orang.

Sementara itu, junta militer terus mendapat kecaman dan sanksi dari dunia internasional. Utusan PBB untuk Myanmar juga meminta pasukan perdamaian terjun ke negara itu.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Konser Suku Minoritas Diserang di Myanmar, 30 Orang Tewas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular