
Epidemiolog Kritik Sandi Uno Buka Gerbang Wisata RI, Kenapa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah akan membuka perjalanan international pada bulan Juni-Juli mendatang untuk sektor pariwisata. Kebijakan yang diapungkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno akan dimulai dengan travel corridor arrangement di Batam dan Bintan (Kepulauan Riau), disusul wilayah Bali.
Kalangan epidemiolog mengkritik rencana pemerintah. Apalagi varian baru dari mutasiĀ virus corona bisa berpotensi masuk tanah air.
Hingga saat ini, setidaknya terdapat tiga varian mutasi virus Covid-19 yang baru, mulai dari varian Afrika Selatan B.1.351, varian Inggris B.1.1.7 serta varian Brasil yang dikenal dengan P.1.
Diberitakan sebelumnya, varian B.1.1.7 sudah masuk Indonesia. Beberapa waktu lalu, Kemenkes mengumumkan dua kasus perdana setelah melakukan pemeriksaan terhadap 462 sampel di lima provinsi.
Epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono, mengatakan vaksinasi Covid-19 yang sudah dilakukan bukan serta merta membuat sektor pariwisata bagi wisatawan asing bisa dibuka lebar-lebar.
"Jangan mikirin duit dulu. Vaksin itu sifatnya hanya mencegah sakit, tapi tetap bisa tertular, apalagi dengan ada varian baru," ujar Pandu kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Rabu (24/3/2021).
Pembukaan perbatasan internasional itu konsekuensinya sangat besar. Pandu bicara negara yang sudah membuka border International seperti Thailand itu karena negara berhasil mengendalikan pandemi.
Kekebalan komunal (herd immunity) di Indonesia, menurut dia, baru bisa tercipta dua tahun lagi di 2023 mendatang dari vaksinasi. Melihat jumlah masyarakat Indonesia yang mencapai 273 juta penduduk. Saat ini baru 1,92% penduduk yang sudah di vaksin menurut data John Hopkins University.
"Yang penting pandemi sekarang terkendali angka penularan rendah bukan vaksinasi," kata Pandu
Epidemiolog dari Griffith University Australia, icky Budiman mengatakan semua pihak harusnya sepakat perjalanan akan meningkatkan peluang penyebaran virus corona.
"Saya sendiri lebih merekomendasikan kebijakan negara untuk perjalanan lebih membatasi masih pada perjalanan yang esensial saja," jelasnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (23/3/2021).
Dia melihat, semua negara masih berada dalam suasana pandemi dan belum terkendali. Masih banyak juga negara yang belum mendapat akses vaksin. Potensi penularan varian baru juga masih ada seiring mutasi yang terjadi.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menerawang Kondisi Pemulihan Sektor Pariwisata RI, Bangkit?