Menkes Sebut RI Masuk 8 Besar Dunia Soal Vaksinasi, Masa sih?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
21 March 2021 16:45
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin saat Konferensi Pers Perpanjangan dan Perluasan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro. (Tangkapan Layar)
Foto: Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin saat Konferensi Pers Perpanjangan dan Perluasan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro. (Tangkapan Layar)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ada yang menarik dari cuitan Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin (BGS) di media sosial twitter. Dalam twit tersebut BGS memberikan informasi bahwa Indonesia masuk ke dalam jajaran 10 besar negara di dunia yang sudah menyuntikkan vaksin Covid-19. 

Indonesia berada di peringkat ke-8 karena telah menyuntikkan setidaknya 7,35 juta dosis vaksin setelah dua bulan program imunisasi masal dilakukan pertengahan Januari lalu. Peringkat ini tentu saja tidak memperhitungkan negara-negara yang menjadi produsen vaksin global seperti AS, China, India, Rusia dan Inggris. 

Kelima negara tersebut sudah menyuntikkan lebih dari 200 juta dosis vaksin ke masyarakatnya. Apabila dilihat secara sekilas ini sebuah prestasi yang patut dibanggakan. Namun sebenarnya dibalik prestasi tersebut masih ada segudang pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan. 

Cobalah tengok data dengan lebih mendetail. Melihat jumlah orang yang divaksinasi saja tidak cukup. Lihat juga perkembangan kasus infeksinya, total populasi dan juga target populasi yang bakal menerima vaksinasi. 

Soal kasus Covid-19 secara kumulatif, Indonesia menduduki peringkat ke-19 sebagai negara dengan total kasus terbanyak di dunia dengan hampir 1,5 juta kasus. Dibandingkan dengan negara-negara non-produsen vaksin utama populasi Indonesia juga termasuk yang paling besar yakni lebih dari 270 juta jiwa.

Sekilas jumlah kasus kumulatif terhadap total populasinya termasuk yang paling rendah jika dibandingkan dengan 9 negara lain yang juga menggeber vaksinasi.

Namun kebijakan testing yang cenderung inkonsisten, surveilans yang juga kurang ketat harus diwaspadai karena angka tersebut sangat mungkin tidak menggambarkan kondisi riil infeksi di Indonesia. 

Faktor yang juga tidak kalah penting adalah cakupan vaksinasi yang sudah dilakukan saat ini. Apabila satu orang membutuhkan dua dosis vaksin atau dua kali suntik dan target populasi yang disasar bakal mendapatkan vaksin sebanyak 180 juta orang, maka total vaksin yang dibutuhkan kurang lebih 360 juta dosis. 

Apabila yang sudah disuntikkan baru 7,35 juta dosis vaksin maka capaiannya baru 2% dari target saja. Ini jelas masih sangat jauh dari negara-negara lain. Dibandingkan dengan 9 negara lain yang terus menggenjot vaksinasi, coverage/cakupan vaksinasi terhadap target Indonesia yang paling rendah. 

Memang tidak ada yang memungkiri bahwa negara-negara dengan populasi penduduk besar terutama lebih dari 200 juta jiwa, program vaksinasi masal jelas adalah hal yang penuh tantangan untuk diwujudkan. 

Brazil yang sudah menggeber vaksinasi sehingga 11 juta dosis sudah disuntikkan saja baru mencakup kurang dari 5% total populasi. Itu pun ukuran populasi Brazil masih lebih kecil ketimbang Indonesia. 

Jadi ini lho yang kudu banget untuk segera dilakukan yaitu dengan terus menerus menggenjot vaksinasi. Apabila target untuk mencapai kekebalan komunal (herd immunity) yang dipatok Presiden Joko Widodo (Jokowi) adalah akhir tahun maka sisa kurang lebih 9 bulan lagi plus 10 hari terakhir di bulan Maret. 

Masyarakat Indonesia masih membutuhkan 352,65 juta dosis vaksin lagi untuk disuntikkan. Waktu yang tersisa tinggal kurang lebih 285 hari lagi. Artinya dalam sehari jumlah vaksin yang harus disuntikkan mencapai 1,24 juta dosis. 

Vaksinasi Covid-19 di banyak negara tak hanya di Indonesia saja juga harus berkejar-kejaran dengan peningkatan jumlah kasus dan mutasi virus.

Kendati virus-virus mutan penyebab Covid-19 masih bisa ditangani dengan vaksin yang ada tetapi varian yang lebih menular tentu menjadi kendala tersendiri karena berpotensi besar meningkatkan kenaikan kasus. 

Di sisi lain program imunisasi masal dengan vaksin yang dikembangkan oleh Oxford dan AstraZeneca juga ditunda dulu di banyak negara terutama di Eropa setelah dilaporkan memiliki efek samping merugikan yang serius pada beberapa orang hingga ada yang meninggal.

Investigasi masih terus dilakukan sampai saat ini. Bagaimanapun juga vaksinasi tidak bisa berhenti lama karena hanya akan menghambat pemulihan ekonomi. Inilah saat yang menegangkan karena harus berpacu dengan waktu.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Profil Menkes Budi Gunadi Sadikin Pengganti Terawan Putranto

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular