
Nasib Perawat di Tengah Pandemi: Dipukul Hingga Dibully

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia), Harif Fadhillah mengungkapkan masalah hukum yang dialami perawat, yaitu kekerasan yang dilakukan pasien terhadap perawat.
"Masalah hukum ini bukan perawat yang bermasalah. Ada perawat dipukul pasien saat Pandemi, Ada di beberapa. Samarinda, Ambon, Cianjur Semarang. Karena sudah tindak pidana akhirnya dilaporkan ke Polisi," ujar Ketua Umum PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia), Harif Fadhillah di Jakarta, Rabu (17/3/2021).
Penyebab dari kekerasan tersebut, pasien dan keluarga kondisinya panik. Kemudian melihat fasilitas belum tersedia cukup. Bahkan ada juga yang memaknai gawat darurat berbeda dengan apa yang menjadi ranah medis.
"Ini yang disebut mispersepsi. Di Cianjur misal, belum ketemu belum apa sudah dipukul. Hal ini seharusnya tidak terjadi," katanya.
"Saya kira perawat selama ini berupaya sebaik mungkin untuk memberikan perawatan kepada pasien. Kalau begitu jangan melakukan kekerasan fisik," ujarnya lagi.
Tak sampai di situ, perawat juga sempat dipandang sebelah mata. Hal ini terkait stigma yang muncul bahwa perawat pulang dari bertugas membawa virus.
"Ada 26 kasus laporan ke kita yang ditolak pulang. Mereka harus tidur di RS, ini sangat menyedihkan. Ini anggap sebagai lesson learn," katanya.
Salah satu Perawat Relawan di RS Darurat Wisma Atlet, Evy Ina Sasauw berbagi kisahnya. Sudah satu tahun dirinya mengemban tugas di RS darurat tersebut.
"Pengalamannya banyak tentunya pertama jika sama pasien menjadi tantangan. Karena kami di sini bertugas menggunakan APD kurang lebih 8 jam. Kami harus melakukan asuhan perawat yg baik," tuturnya.
Cemas akan tertular Covid-19 tak bisa dipungkiri. Namun menurutnya, jika yakin disiplin protokol kesehatan, maka akan jauh dari kata tertular.
"Yakin kalau sudah disiplin, protokol kesehatan dilakukan dengan baik kita akan jauh dari kata tertular. Dari kami sendiri sangat disayangkan untuk perawat atau tenaga kesehatan sudah banyak yang tertular," pungkasnya.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 234 Perawat Wafat, Masih Percaya Covid-19 Rekayasa?