Deng Jia Xi atau Kyal Sin menjadi salah satu korban tewas, dari total 38 orang, dalam bentrok pendemo anti kudeta dan junta militer Rabu (3/3/2021). Ia menjadi salah satu 'mortir' alias senjata terdepan pendemo yang menentang penggulingan pemerintahan Aung San Suu Kyi oleh junta 1 Februari lalu. (AP)
Ia baru berusia 19 tahun. Ia tewas dalam kerusuhan di Mandalay, setelah sebuah peluru menyasar ke kepalanya. (AP)
Ia sehari-hari adalah seorang penari dan atlet taekwondo. Saat dirinya memutuskan ikut bersemo, Deng Jia Xi rupanya sudah mempersiapkan segalanya. Dengan turun ke jalan untuk merebut kembali demokrasi Myanmar, artinya ia tahu ini akan mempertaruhkan nyawanya. (AP)
Di laman Facebook, ia rupanya telah memposting rincian medisnya dan permintaan untuk menyumbangkan organ tubuhnya jika dia terbunuh. Pesan duka dan pujian membanjiri halaman Facebooknya. (AP)
Tulisan "Everything will be OK," pada kaus hitam yang dikenakannya saat itu menjadi 'simbol tersendiri' saat nyawanya melayang. Melansir Reuters, Myat Thu (23), yang bersama Jia Xi saat protes, mengenangnya sebagai perempuan muda pemberani. (Dok: Twitter)
Kematiannya menimbulkan duka mendalam bagi keluarga termasuk aktivis pro demokrasi dan pendukung demo anti junta militer. Tubuhnya diarak sebagai tanda penghormatan. (AP)
Ia sebelumnya sempat berbagi kebanggaan dalam memberikan suara untuk pertama kalinya pada pemilu 8 November 2020, memposting foto dirinya sedang mencium jarinya berwarna ungu untuk menunjukkan bahwa dia telah memilih. "Suara pertama saya, dari lubuk hati saya. Saya melakukan tugas saya untuk negara saya," tulisnya dalam postingannya, dengan enam emoji hati merah. (AP)