Sansha, Kota 'Rahasia' di LCS yang Luasnya 1.700 X New York

Tommy Sorongan, CNBC Indonesia
21 February 2021 15:00
The Vietnamese-claimed Southwest Cay island in the Spratly island group is seen from a Philippine Air Force C-130 transport plane during the visit to the Philippine-claimed Thitu Island by Defense Secretary Delfin Lorenzana, Armed Forces Chief Gen. Eduardo Ano and other officials in disputed South China Sea, western Philippines, Friday, April 21, 2017. The South China Sea issue is expected to be discussed in the 20th ASEAN Summit of Leaders next week. (Francis Malasig, Pool Photo via AP)
Foto: AP/Francis Malasig

Jakarta, CNBC Indonesia - China makin agresif dalam ekspansinya di beberapa kepulauan Laut China Selatan (LCS) yang disengketakan banyak negara. Beijing sepertinya makin intensif dalam mengembangkan kota baru di gugusan kepulauan kecil itu.

Sebuah laporan baru oleh US Naval War College menyatakan bahwa China telah membangun kota seluas 800 ribu mil persegi yang dinamai Shansa. Luas Itu membuatnya 1.700 kali luas New York City.

Sebagian besar Kota Sansha adalah wilayah laut, termasuk Kepulauan Paracel, yang diklaim oleh Vietnam dan Taiwan, dan Kepulauan Spratly, berbagai di antaranya diklaim oleh Vietnam, Taiwan, Filipina, Malaysia, dan Brunei.

Balai Kota, bisa dikatakan, ada di Pulau Woody, salah satu bagian dari kepulauan Paracel.

"Dulunya merupakan pos terdepan terpencil, Pulau Woody telah menjadi pusat aktivitas yang ramai," kata laporan yang ditulis oleh pakar China Zachary Haver untuk Institut Studi Maritim China War College.

Selain itu Shansa juga dilaporkan siap untuk menarik wisatawan dan beberapa perusahaan untuk membuka cabangnya di kepulauan itu.

Dalam sebuah laporan yang tertulis di Maritime Executive, Kota Sansha telah mengawasi pengembangan pos-pos terpencil China di Laut China Selatan.

Bekerja dengan pihak berwenang di Beijing, pejabat provinsi di Hainan dan pihak terkait lainnya seperti Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), para pemimpin kota itu telah mengejar berbagai proyek infrastruktur, transportasi, telekomunikasi, pembangunan ekonomi dan pertahanan di Pulau Woody dan pendudukan lainnya.

Secara administratif, kota yang sangat luas ini disiapkan untuk dipecah kembali menjadi dua wilayah dan setidaknya akan dihuni oleh 70 organisasi akar rumput Partai Komunis China. Tak hanya itu, Beijing juga menyiapkan pengadilan untuk menegakkan hukum China di wilayah sengketa itu serta mengawasi pertahanan klaim maritim mereka.

"Pulau ini sekarang menawarkan infrastruktur pelabuhan yang diperluas, desalinasi air laut dan fasilitas pengolahan limbah, perumahan publik baru, sistem peradilan yang berfungsi, jangkauan jaringan 5G, sekolah, dan penerbangan charter reguler ke dan dari daratan." Tulis laporan US Naval War College

Hal ini juga sangat terasa dengan langkah Beijing baru-baru ini, dimana mereka juga menetapkan undang-undang (UU) baru mengenai penjaga keamanan maritim. Undang-undang itu disebut akan membantu penjaga pantai China untuk lebih memenuhi tugas dan kewajiban mereka.

Dalam UU armada laut mereka bisa saja menembak kapal asing di wilayah itu karena aturan ini mengizinkan "semua cara yang diperlukan" untuk menghentikan atau mencegah ancaman dari kapal asing.

Seiringan dengan rencana perluasan ini, armada tempur angkatan udara dan laut milik China juga dilaporkan mondar-mandir di sekitar LCS. Yang terbaru, sebuah laporan yang dilaporkan Taiwan pada Sabtu (20/2/2021) mengatakan bahwa China terlihat menerjunkan lusinan pesawat tempur ke wilayah sengketa di Laut China Selatan (LCS).

Laut China Selatan (LCS) sedang menjadi potensi konflik global yang meluas. Pasalnya China terus mengklaim 90% wilayah lautan itu miliknya dan melakukan ekspansi besar-besaran di lautan yang juga diklaim oleh beberapa negara-negara di Asia Tenggara.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Xi Jinping Usir Kapal AS di Laut China Selatan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular