PLTS Jadi Andalan RI Capai Target Bauran EBT 23% di 2025

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
16 February 2021 12:35
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). (CNBC Indonesia/ Andrean Krtistianto)
Foto: Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). (CNBC Indonesia/ Andrean Krtistianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah memiliki target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025 mendatang. Namun, sampai dengan 2020 baru tercapai hanya separuhnya yakni 11,5%.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan salah satu upaya mempercepat pencapaian bauran energi adalah melalui pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Berdasarkan data Kementerian ESDM, hingga 2020 telah terpasang 153,5 Mega Watt (MW) PLTS di dalam negeri. Sedangkan potensi energi surya di Indonesia bisa mencapai 207,8 Giga Watt (GW).

Menurutnya, PLTS menjadi salah satu prioritas yang bisa dilakukan secara cepat, seperti PLTS terapung.

Di dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang tengah disusun saat ini, potensi PLTS terapung di Jawa, dari waduk, danau, dan bendungan mencapai 1.900 Mega Watt (MW).

"Yang saat ini berjalan contohnya PLTS Terapung Cirata, angkanya cukup baik, dari sisi harga masuk di bawah BPP-nya pembangkitan Jawa," paparnya dalam acara 'Central Java Solar Day 2021', Selasa (16/02/2021).

Menurutnya, PLTS terapung akan lebih baik lagi jika dikombinasikan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). PLTA bisa digunakan pada saat beban puncak, sehingga tidak dipakai 24 jam karena ketersediaan air terbatas.

Lalu pada siang hari PLTA digantikan dengan PLTS, sehingga tidak menambah kapasitas. Menurut Dadan, proses perizinan untuk PLTS terapung ini juga lebih mudah karena tidak membutuhkan pembukaan lahan baru.

"Tidak perlu ada pembebasan lahan dan kita bisa main dalam kapasitas-kapasitas besar," tegasnya.

Kemudian, menurutnya pemerintah juga akan mendorong konversi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) ke PLTS. Dia mengatakan, tahun ini sekitar 200 MW PLTD akan dikonversi menjadi PLTS.

"Kami kalau melihat ke Timur di pulau-pulau kecil yang masih berbasis PLTD untuk penyediaan listrik, rencana tahun ini 200-an mega watt (MW) yang pada umumnya nanti PLTS plus baterai," jelasnya.

Selanjutnya adalah membangun PLTS skala besar di wilayah yang secara potensi surya bagus, seperti di Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dadan menyebut, saat ini sedang dilakukan kajian untuk membangun PLTS skala besar ini.

Dan yang tak kalah pentingnya yaitu pemanfaatan PLTS di atap rumah atau gedung. Menurutnya, potensi PLTS atap di pabrik-pabrik dan gedung sangat besar, sistem sudah tersedia, dan peraturan sudah tersedia lengkap.

Namun demikian, menurutnya fokus dari PLTS atap bukan lah untuk menjual listrik. Pasalnya, tidak ada transaksi antara produsen dan PLN, melainkan hanya perhitungan meternya, yakni hanya menghitung selisih dari berapa yang masuk ke PLN dan berapa yang diambil dari PLN.

"Tidak ada jual beli pemanfaatan PLTS rooftop (atap) ini. Banyak yang nanya masyarakat berapa harga jual, tidak ada harga jual. Yang ada, kirim ke PLN, dititip, pada saat kita butuh, kita ambil," jelasnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Top! PLTS Terapung Terbesar di ASEAN Mulai Dibangun Pekan Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular