1 Juta Pelanggan Bakal Terpasang Meteran Digital di 2022

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
11 February 2021 14:57
Petugas memeriksa meteran listrik di Rusun Muara Baru, Jakarta Utara, Senin (8/1/2018).
Foto: Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan sebanyak 1 juta pelanggan listrik akan terpasang meteran digital atau smart meter pada 2022.

Pemasangan smart meter ini sebagai pengganti meter listrik konvensional dan merupakan bagian dari pembangunan jaringan tenaga listrik berbasis teknologi informasi atau smart grid guna meningkatkan pengawasan, mutu, dan keandalan sistem kelistrikan.

Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Wanhar mengatakan, smart grid diyakini mampu membuat sistem tenaga listrik secara optimal dan efisien dengan memanfaatkan interaksi dua arah baik antara produsen listrik dengan konsumen.

"Ruang lingkup smart grid luas sekali. Mulai dari pembangkit dan automasi sistem transmisi, integrasi pembangkit terbarukan dan automasi sistem distribusi, hingga pemanfaatan dan pembangkitan mandiri," ujarnya, seperti dikutip dari siaran pers kementerian, Kamis (11/02/2021).

Keberadaan smart grid, sambung Wanhar, mampu membuat konsumen turut menjadi produsen. Misalnya, pelanggan yang memasang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di rumah dapat mengirim tenaga listrik ke sistem PT PLN (Persero) dan tetap bisa memakai listrik dari PLN.

Implementasi smart grid sendiri sudah dirintis oleh Badan Pengkajian dan Penerapan teknologi (BPPT) sejak 2013 di Sumba, Nusa Tenggara Timur dengan skala kecil (smart micro grid). Pembangunan tersebut merupakan hasil integrasi antara Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), PLTS dan baterai, serta Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 20 kV.

"Sistem tenaga listrik di Sumba beroperasi secara otomatis sesuai program algoritma untuk menyuplai beban. Beban dasarnya 1.200 kW dengan beban puncak 2.100 kW," ungkap Wanhar.

Sementara untuk komunikasi sistem dilakukan melalui Power Line Communication (PLC). Adapun automasi kontrol dan monitoring melalui Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA) master station. Untuk kestabilan variable renewable energy (VRE) yang sifatnya berjeda atau tidak terus-menerus (intermittent) pada jaringan tersebut disokong dengan dengan baterai (battery storage).

"Di Sumba, beban puncak dan beban dasar jaraknya sangat jauh. Ini mencerminkan bahwa bebannya masih didominasi oleh rumah tangga. PLTS digunakan siang hari sekitar 5 jam. Ini digunakan untuk mengecas baterai 500 kWh. Ketika beban puncak pada malam hari, baterai digunakan untuk menyuplai jaringan di Sumba. Ini mengurangi beban PLTD atau pun PLMTH. Ketika PLTS hilang dari sistem karena hujan atau mendung, bisa dengan cepat digantikan dengan PLTD yang dayanya cukup besar," jelasnya.

Selain di Sumba, smart grid juga diterapkan untuk demo plant di Baron Techno Park, Gunung Kidul, Yogyakarta serta PLTS Terapung PLTA Cirata.

Tak hanya dapat mengoptimalkan sistem tenaga listrik, smart grid juga dapat meningkatkan mutu dan keandalan tenaga listrik. Hal ini diungkapkan oleh Koordinator Perlindungan Konsumen Ketenagalistrikan Sugeng Prahoro dengan memproyeksikan 1 juta pemasangan infrastruktur smart meter pada 2022.

Sugeng menjelaskan, perkiraan biaya investasi untuk menggantikan meter pascabayar senilai Rp 10 triliun dalam jangka waktu 15 tahun.

"Pemasangan smart meter diutamakan untuk konsumen potensial dan wilayah yang layak dalam pembangunan infrastruktur AMI (Advanced Metering Infrastructure). Pada 2022, diproyeksikan telah terpasang meter AMI sebanyak 1 juta konsumen," tuturnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mau Kembangkan Smart Grid, PLN Berguru Hingga ke China

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular