Puluhan ribu orang berunjuk rasa di seluruh Myanmar pada hari Minggu untuk mengecam kudeta pekan lalu dan menuntut pembebasan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi. (DVB via AP)
Protes unjuk rasa tersebut terbesar sejak Revolusi Saffron 2007 yang membantu memacu transisi menuju demokrasi. (DVB via AP)
Sebelumnya junta militer Myanmar memblokir sejumlah media sosial lainnya seperti Twitter dan Instagram akibat protes anti-kudeta yang semakin meluas di negara tersebut. (DVB via AP)
Pada hari kedua protes yang meluas terhadap junta militer, kerumunan di kota terbesar, Yangon, mengenakan baju merah, bendera merah dan balon merah, warna yang mewakili Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Suu Kyi. Mereka meneriakkan, "Kami tidak ingin kediktatoran militer! Kami ingin demokrasi! " (DVB via AP)
Gerakan protes tersebut berlangsung setelah kampanye yang dikenal Gerakan Pembangkangan Sipil menyebar di Facebook, platform media sosial utama Myanmar, tak lama setelah kudeta berlangsung. (DVB via AP)
Banyak warga Myanmar menggunakan media sosial untuk menggemakan penolakan kudeta dan menyerukan kampanye pembangkangan sipil kepada junta militer. (DVB via AP)