
SBY, AHY, Moeldoko & Gempar Kabar 'Kudeta' Partai Demokrat

Jakarta, CNBC Indonesia - Tensi jagat politik tanah air kemarin memanas. Pemicunya adalah tudingan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) perihal keberadaan gerakan politik yang mengarah pada upaya pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat secara paksa. Tudingan itu disampaikan AHY dalam keterangan pers di kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta.
Jika dirunut, sebelum AHY menyampaikan paparannya, sang ayah yang juga Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhyono (SBY) memberi peringatan kepada para pemegang kekuasaan politik pada tingkat apapun di tanah air. Hal itu tertuang dalam kicauan SBY sebagaimana dikutip CNBC Indonesia, Minggu (31/1/2021).
SBY mengingatkan para pemegang kekuasaan politik kalau ada banyak cara berpolitik yang lebih bermoral dan lebih beradab.
Presiden ke-6 RI itu pun bilang ada tiga golongan manusia, yaitu "the good", "the bad", & "the ugly". Kalau tidak bisa menjadi "the good" janganlah menjadi "the ugly".
Saat dikonfirmasi perihal maksud dan tujuan SBY menulis peringatan itu, Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat Ossy Dermawan menilai SBY ingin berbagi pengalaman. Baik itu sebagai mantan presiden maupun seseorang pribadi yang sudah banyak makan asam garam kehidupan.
"Mungkin Bapak SBY ingin membagikan kata-kata bijak atau "wisdom" kepada kita semua di malam hari ini. Pastinya ada pelajaran yang bisa dipetik dari apa yang disampaikan Bapak SBY ini bagi kita dan generasi mendatang," kata Ossy kepada CNBC Indonesia, Minggu (31/1/2021).
Keesokan harinya, AHY menggelar rapat pimpinan atau commander's call yang dilakukan secara khusus untuk menyikapi perkembangan situasi terkini. Dalam keterangan pers selepas rapat, AHY, sapaan akrab Agus Harimurti Yudhoyono, mengungkapkan ada 'kudeta' terhadap Partai Demokrat.
"Kami memandang perlu untuk memberikan penjelasan secara resmi tentang duduk perkara yang sebenarnya, yaitu tentang adanya gerakan politik yang mengarah pada upaya pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat secara paksa, yang tentu mengancam kedaulatan dan eksistensi Partai Demokrat," ujarnya.
AHY bilang, menurut kesaksian dan testimoni banyak pihak, gerakan itu melibatkan pejabat penting pemerintahan, yang secara fungsional berada di dalam lingkar kekuasaan terdekat dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Lebih lanjut, gerakan ini juga dikatakan sudah mendapatkan dukungan dari sejumlah menteri dan pejabat penting di pemerintahan Jokowi.
"Tentunya kami tidak mudah percaya dan tetap mengedepankan asas "praduga tak bersalah" (presumption of innocence) dalam permasalahan ini," kata AHY.
"Karena itu, tadi pagi, saya telah mengirimkan surat secara resmi kepada Yang Terhormat Bapak Presiden Joko Widodo untuk mendapatkan konfirmasi dan klarifikasi dari beliau terkait kebenaran berita yang kami dapatkan ini," lanjutnya.
Petang harinya, fungsionaris Partai Demokrat Andi Arief bilang kalau sosok yang dimaksud adalah Kepala Staf Kantor Presiden Jenderal TNI (Purn) Moeldoko. Pada malam hari, Moeldoko pun angkat suara perihal tudingan AHY perihal ada gerakan politik yang mengarah pada upaya pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat secara paksa.
"Poinnya yang pertama, jangan dikit-dikit istana. Dalam hal ini saya mengingatkan sekali lagi, jangan dikit-dikit istana dan jangan ganggu pak Jokowi dalam hal ini. Karena beliau dalam hal ini tidak tahu sama sekali, nggak tahu apa-apa dalam hal ini, dalam isu ini. Jadi itu urusan saya, Moeldoko ini, bukan selaku KSP," katanya dalam keterangan pers secara virtual.
Mantan Panglima TNI itu mengungkapkan, dalam sejumlah kesempatan memang menemui kader Partai Demokrat. Ia mengaku tidak membatasi siapapun yang hendak bertemu dengannya.
"Secara bergelombang mereka datang berbondong-bondong ya kita terima. Konteksnya apa saya juga nggak ngerti. Dari ngobrol-ngobrol itu biasanya saya awali dari pertanian karena saya memang suka pertanian," ujar Moeldoko.
"Berikutnya curhat tentang situasi yang dihadapi ya gue dengerin aja, gitu. Berikutnya ya udah dengerin aja. Saya sih sebetulnya prihatin melihat situasi itu karena saya juga bagian yang mencintai Demokrat," lanjutnya.
Moeldoko bilang isu-isu yang muncul kemungkinan berdasarkan dari foto-fotonya bersama kader-kader Partai Demokrat.
"Kalau itu menjadi persoalan yang digunjingkan silakan aja. Saya nggak keberatan," katanya.
Lebih lanjut, Eks KSAD itu bilang menjadi seorang pemimpin harus seorang pemimpin yang kuat, jangan mudah baperan hingga jangan mudah terombang-ambing.
"Ya kalau anak buahnya nggak oleh pergi ke mana-mana ya diborgol aja kali. Berikutnya kalau ada istilah kudeta ya kudeta itu dari dalam, masa kudeta dari luar. Itu saja kira-kira penjelasan dari saya teman-teman sekalian," ujar Moeldoko.
(miq/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AHY Surati Jokowi, Protes Bos KSP Moeldoko Kudeta Demokrat