Seorang pekerja memproduksi hio di industri rumahan kawasan Kosambi, Tangerang, Banten, Senin (1/2/2021). Jelang perayaan imlek, industri rumahan ini mulai memproduksi hio. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Menurut salah satu pekerja, industri rumahan ini mengalami lonjakan permintaan. Saat ini mereka dapat memproduksi 7.000 hio dalam sehari. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Hio hasil produksinya lalu dipasarkan ke Tangerang, Jakarta, Pangkal Pinang dan Pontianak. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Alat persembahyangan itu dipasarkan dengan harga beragam dengan harga jual Rp 1.500 sampai Rp 3.000 per tiga batang. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Menurut Ase (76) yang sudah memulai produksinya sejak tahun 1995 tersebut, ia mulai kebanjiran orderan saat jelang perayaan imlek. Namun tahun ini permintaannya menurun karena pandemi. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Kendala yang dialami pembuatan hio adalah cuaca yang tidak menentu karena hio harus dijemur hingga 1 jam baru dimulai pewarnaan. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Hio sendiri digunakan sehari-hari untuk ritual persembahyangan yang dianut banyak keturunan Tionghoa. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Hio atau biasa orang menyebutnya dupa ini dipercaya umat konghucu sebagai penghubung atau pengantar agar doa mereka bisa sampai kepada Sang Pencipta. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)