
Wamen Tiko Ungkap UMKM RI Masih Kalah dari Malaysia-Thailand

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyebut UMKM dalam negeri masih kalah saing dari UMKM dari negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand dalam hal penetrasi produk ke pasar global dan posisi dalam global value chain.
Padahal di dalam negeri sendiri, UMKM berkontribusi 99% terhadap struktur usaha Indonesia dan berkobusi dalam penyediaan lapangan kerja sebesar 97% secara nasional. UMKM juga berkontribusi 60,3% kepada pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, kontribusi ekspor dari produk UMKM dalam negeri baru mencapai 14,17% sedangkan keterlibatan dalam produk internasional baru mencapai 6,3%.
Angka ini masih jauh dibanding dengan posisi ekspor Thailand dari sisi UMKM angkanya mencapai 80% dan posisi Malaysia dalam global value chain bahkan mencapai 46,2%.
"Untuk itu kita ingin peran UMKM Indonesia diperkuat bukan hanya meningkatkan lapangan kerja dan meningkatkan kontribusi GDP namun juga bagaimana UMKM ini bisa masuk ke global value chain dan meningkatkan ekspor yang berkualitas dan menjangkau berbagai sektor yang ada di dunia," kata Tiko, sapaan akrab Kartika, dalam sebuah webinar dari Berita Satu, Senin (18/1/2021).
Dia menjelaskan, terdapat tiga hal pokok yang membuat produk UMKM dalam negeri sulit bersaing di pasar global. Hal tersebut seperti kemampuan manajerial UMKM yang masih perlu ditingkatkan, akses pembiayaan dan akses pasar ke luar negeri.
Untuk itu, BUMN telah mengambil peran guna pengembangan hal-hal yang dinilai masih kurang dimiliki oleh UMKM ini.
"Dari kacamata Kementerian BUMN, ada tiga pilar pemberdayaan UMKM. Pertama adalah meningkatkan kapasitas pembinaan usaha, kedua akselerasi akses keuangan kepada UMKM, dan ketiga penciptaan ekosistem dan perluasan pasar," terang dia.
Untuk peningkatan kompetensi usaha, BUMN saat ini memiliki program Rumah BUMN yang ditujukan untuk memberikan pemberdayaan untuk BUMN dalam tiga tahapan. Dimulai dari go modern, go digital dan go global. Hal-hal ini menyangkut tentang perbaikan kualitas produk hingga tampilannya sehingga bernilai jual baik di e-commerce maupun di pasar internasional.
Selanjutnya adalah akses pembiayaan. Pembiayaan untuk UMKM oleh BUMN diberikan melalui PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang memberikan dana dan pembinaan untuk UMKM yang dinilai mampu untuk naik kelas.
"Diharapkan dari ke tahun makin banyak umkm yang memiliki kualitas yang standarnya masuk untuk pasar internasional di berbagai produk mulai dari kuliner, furniture, fashion dan sebagainya. dan yang paling penting mereka punya akses kepada global merchandiser atau pembeli internasional yang memang secara rutin berkeliling untuk mencari sumber sumber produsen baru di seluruh dunia," papar dia.
Terakhir adalah penciptaan ekosistem dan perluasan pasar bagi UMKM. Belum lama ini, Kementerian UMKM telah mengeluarkan mandat untuk pengadaan barang-barang di BUMN dengan nilai kontrak di bawah Rp 14 miliar harus dilakukan melalui UMKM.
Saat ini sudah terdapat 9 BUMN yang bergabung dalam platform digital ini dan diharapkan ke depannya akan lebih banyak perusahaan pelat merah yang bergabung.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Inisiatif Digital Hub, Strategi Digitalisasi Kementerian BUMN