Nah Lho, Data Tracing Covid Bisa Dipakai untuk Lacak Kriminal

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
05 January 2021 20:57
Infografis: Tegas! Singapura Penjarakan Warga Langgar Social Distancing
Foto: Infografis/Tegas! Singapura Penjarakan Warga Langgar Social Distancing/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepolisian Singapura akan menggunakan data hasil penelusuran (tracing) kontak pasien Covid-19 untuk penyelidikan kriminal. Hal ini diumumkan pada Senin lalu, dan membuat kekhawatiran akan meningkatkan masalah privasi pada sistem tersebut.

Dilansir dari CNBC International, otoritas Singapura mengatakan teknologi yang digunakan sebagai aplikasi telepon dan perangkat fisik, digunakan oleh hampir 80% dari 5,7 juta populasi. Penggunaannya pun nantinya akan diwajibkan di tempat-tempat umum seperti pusat perbelanjaan.

Skema TraceTogether, salah satu yang paling banyak digunakan di banyak negara juga menimbulkan kekhawatiran akan privasi. Meski demikian otoritas Singapura menegaskan data dienkripsi, disimpan secara lokal dan hanya disadap oleh pihak berwenang jika seseorang dinyatakan positif COVID-19.

"Kepolisian Singapura diberi wewenang ... untuk mendapatkan data apa pun, termasuk data TraceTogether, untuk penyelidikan kriminal," kata Menteri Dalam Negeri Desmond Tan menanggapi pertanyaan di parlemen, Selasa (05/01/2020).

Pernyataan privasi di situs web TraceTogether pun menyatakan data hanya akan digunakan untuk pelacakan kontak COVID-19. Namun kekhawatiran privasi muncul atas aplikasi semacam itu di berbagai tempat, termasuk Israel dan Korea Selatan.

"Kekhawatiran telah difokuskan pada masalah keamanan data yang terkait dengan pengumpulan, penggunaan, dan penyimpanan data," firma hukum Norton Rose Fullbright mengatakan tentang skema Singapura dalam tinjauan teknologi pelacakan kontak global bulan lalu.

Ketika ditanya mengenai pernyataan privasi aplikasi tersebut, Tan bahkan menambahkan pihaknya tidak mengalangi penggunaan data TraceTogether untuk keselamatan dan keamanan warga yang telah terpengaruh, dan berlaku untuk data lainnya.

Perbedaan pendapat jarang terjadi di Singapura, yang telah diperintah oleh partai yang sama sejak kemerdekaannya pada tahun 1965, memiliki undang-undang yang ketat, pengawasan yang luas, dan pembatasan pertemuan publik. Selain itu, kejahatan serius juga jarang terjadi.

Perdana Menteri Lee Hsien Loong sebelumnya mengatakan kekhawatiran privasi tentang teknologi itu harus dipertimbangkan terhadap kebutuhan untuk mengekang penyebaran virus dan menjaga ekonomi tetap terbuka.

Singapura telah melaporkan hanya segelintir kasus COVID-19 lokal selama beberapa bulan terakhir, dan upaya pengawasan penyakit dan pelacakan kontaknya yang ekstensif juga mendapatkan pujian internasional termasuk dari Organisasi Kesehatan Dunia.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Data Baru Sebut China Sudah Kaji Covid Sebelum Pandemi Meledak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular