Warning BMKG, Masyarakat Diimbau Waspadai Banjir Awal Tahun!

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
01 January 2021 13:40
Banjir Rob di Kawasan Muara Angke (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Banjir Rob di Kawasan Muara Angke (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Selain wabah Covid-19, hal yang harus diantisipasi pada momen tahun baru 2021 adalah hujan deras yang berpotensi menimbulkan banjir di sebagian wilayah Tanah Air.  Musim hujan di Indonesia biasanya sudah mulai terjadi sejak Oktober dan akan berlanjut sampai dengan kuartal pertama tahun depannya. 

Tahun 2020 diawali dengan bencana yang terjadi di dalam negeri. Pesta kembang api yang berakhir pada 31 Desember 2019 harus disusul dengan banjir Akhir tahun merupakan periode datangnya musim penghujan.

Sebelum banjir melanda, ibu kota dan wilayah lain terus diguyur dengan hujan lebat selama berhari-hari yang merendam sejumlah kawasan. Banjir juga mengakibatkan akses lalu lintas terganggu dan pemadaman listrik untuk menghindari korsleting.

Beberapa ruas tol menuju DKI Jakarta seperti Tol Jakarta-Cikampek harus merasakan kemacetan parah akibat bencana hidro-meteorologi tersebut. Lantas bagaimana dengan tahun ini? 

Apabila mengacu pada dokumen yang dipublikasikan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada 10 Desember lalu, potensi terjadinya banjir di wilayah Jabodetabek tergolong sedang. 

Namun dalam update terbarunya, BMKG tetap menghimbau masyarakat terutama untuk kawasan Jabodetabek agar lebih berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem yang dapat menimbulkan banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin selama satu minggu ke depan terutama pada periode 1-2 Januari 2021 dan 5-7 Januari 2021.

BMKG menyatakan  potensi banjir meningkat saat memasuki awal tahun 2021 tepatnya di bulan Januari hingga Maret. Potensi tersebut bersamaan dengan prakiraan curah hujan yang tinggi berkisar antara 200-500 milimiter per bulan.

"Cenderung lebih tinggi dibandingkan tahun 2020 lalu," ujar Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, melansir detikcom.

Tingginya curah hujan tak terlepas dari adanya fenomena iklim La Nina yang saat ini sedang terjadi di kawasan Asia Tenggara. La Nina merupakan fenomena perubahan iklim yang menyebabkan curah hujan yang lebih tinggi bahkan bisa sampai 40% dari curah hujan normal.

BMKG sudah memberikan warning bahwa La Nina mulai terjadi di Indonesia sejak Oktober. Fenomena peningkatan curah hujan bulanan akibat La Nina ini akan terjadi di hampir seluruh wilayah Tanah Air kecuali Sumatra pada Oktober-Desember.

Baru mulai Desember sampai Februari sebagai puncaknya hujan lebat berpotensi mendera Indonesia bagian timur seperti di Kalimantan bagian timur, Sulawesi, Maluku-Maluku Utara dan Papua.

Lebih lanjut BMKG memprediksi fenomena La Nina akan terjadi hingga bulan Mei 2021. Namun intensitas La Nina akan berubah dari moderat menjadi lemah mulai bulan Maret ke Mei. 


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awas Banjir, Ada Potensi Hujan Lebat 3 Hari ke Depan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular