
Kenapa Oh Kenapa APBN Kita Harus Ditutup Utang?

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati buka-bukaan perihal kenapa APBN harus ditutup dengan menggunakan utang yang beberapa orang menyebut berlebihan di tengah pandemi Covid-19. Sri Mulyani mengatakan, kondisi saat ini sungguh berbeda dengan situasi normal. Hal ini terjadi juga di setiap negara, bukan hanya di Indonesia.
"Semua negara menghadapi situasi yang tidak mudah," katanya dalam Outlook Perekonomian Indonesia 2021 yang juga disiarkan langsung CNBC Indonesia, di Hotel Kempinski, Selasa (12/12/2020).
Menurutnya ada dua penyebab khusus. Pertama, menurut Sri Mulyani adalah para pembayar pajak yang menjadi sumber utama pendapatan negara. "Pembayar pajak ini sedang menghadapi kondisi ekonomi yang tidak mudah, untuk pembayaran pajak juga menurun, harga komoditas juga menurun yang menyebabkan penerimaan negara menurun," tutur Sri Mulyani.
Di sisi lain, sambung Sri Mulyani, yang kedua adalah meningkatnya kebutuhan belanja. Salah satunya untuk antisipasi pandemi covid-19.
"Untuk menutup defisit maka Pemerintah dan BI melakukan burden sharing pembiayaan. Ada Rp 395 triliun BI dan Kemenkeu. BI menetapkan bunga 0%."
Selain itu, ada juga menurut Sri Mulyani skema pembiayaan lain dengan swasta dan individu termasuk yang menggunakan skema syariah.
"Surat utang dalam negeri itu ada yang retail Rp 80 triliun. Itu 56% dibeli oleh Ibu-Ibu. Lebih banyak dari laki-laki dan juga generasi milenial juga membeli obligasi negara," tutur Sri Mulyani.
Sri Mulyani menegaskan, pengelolaan utang pemerintah dilakukan dengan sangat pruden. Sehingga risiko sampai dengan ketahanan anggaran akan tetap terjaga.
(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Anggaran Pemulihan Ekonomi Sudah Disebar Rp 579 T