Internasional

Ngeri! Utang Arab Makin Bengkak, Defisit Rp1,1 Kuadrilun

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
16 December 2020 14:57
Arab Saudi
Foto: Arab Saudi (AP/Cliff Owen)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Keuangan Arab Saudi memproyeksikan defisit anggaran 2020 melonjak menjadi sekitar US$ 79 miliar (Rp 1,1 kuadriliun, asumsi Rp 14.148/US$).

Hal ini terjadi ketika negara eksportir minyak mentah utama dunia itu terhuyung-huyung akibat penurunan ekonomi yang disebabkan oleh virus corona.

"Diproyeksikan defisit anggaran akan meningkat pada akhir tahun 2020 menjadi sekitar 298 miliar riyal, dan kami bertujuan untuk menguranginya pada akhir tahun 2021 menjadi 141 miliar riyal (US$ 37,6 miliar)," tegas kementerian keuangan dikutip dari AFP, Rabu (16/12/2020).

Padahal akhir tahun lalu, kerajaan memproyeksikan defisit anggaran US$ 50 miliar (Rp 707 triliun) untuk 2020, naik US$ 15 miliar (Rp 212 triliun) pada 2019.

Riyadh telah membukukan defisit anggaran setiap tahun sejak penurunan harga minyak terakhir pada tahun 2014. Ini mendorong negara-petro tersebut untuk meminjam banyak dan menarik cadangannya untuk menutup kekurangan tersebut.

Negara kerajaan itu juga memperketat ikat pinggangnya dan terus maju dengan aturan penghematan di tengah harga minyak yang rendah.

Pendapatan minyak di Arab menyumbang lebih dari dua pertiga pendapatan publik. Pada November, perusahaan energi raksasa Aramco membukukan penurunan laba 44,6% untuk kuartal ketiga, akibat permintaan global untuk minyak mentah yang rendah sepanjang pandemi Covid-19.

Para ahli ekonomi mengatakan Arab Saudi membutuhkan harga minyak mentah sekitar US$ 80 (Rp 1,1 juta) per barel untuk menyeimbangkan anggarannya. Ini lebih tinggi dari harga saat ini sekitar US$ 50 (Rp 707 ribu).


Halaman 2>>

Meski Arab Saudi dikenal sebagai negara yang kaya akan minyak, negara terbesar di Semenanjung Arab itu juga memiliki tanggungan yang banyak. Bahkan, negara Petrodollar ini harus berhutang untuk memenuhi anggarannya.

Defisit APBN pertama terjadi pada tahun 2014, di mana pada saat itu Arab Saudi melaporkan defisit sebesar 54 miliar riyal atau sekitar Rp 203 triliun rupiah. Saat itu posisi utang pemerintah mencapai 60,1 miliar riyal (Rp 225 triliun).

Defisit besar ini terjadi karena biaya perluasan Kompleks dua masjid suci umat Islam yaitu Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah, yang diharapkan dapat menampung 2,5 juta jamaah yang mengunjungi kedua masjid. Sementara di sisi lain, harga minyak waktu itu jatuh dan membuat Riyadh tak mampu untuk membiayai perluasan itu.

Pada tahun 2015, Saudi kembali rugi bandar setelah raja Arab Saudi yang baru, Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud, memutuskan untuk mengikuti perang sipil di Yaman.

Defisit APBN Saudi pada 2015 membengkak menjadi 367 miliar riyal (Rp 1.378 triliun). Defisit fantastis itu membuat Riyadh untuk menambah hutangnya kembali. Total hutang Saudi di 2015 bertambah menjadi 142 miliar riyal (Rp 533 triliun).

Di 2016, ekonomi Saudi lebih baik dari prediksi, namun masih dalam jurang defisit APBN. Defisit Arab Saudi pada 2016 mencapai 297 miliar riyal (Rp 1.115 triliun), jauh dari prediksi 326 miliar riyal (Rp 1.224 triliun) sementara total hutangnya meledak mencapai 316,5 miliar riyal (Rp 1,188 triliun). Hal ini masih dikarenakan harga minyak yang rendah pada 2,5 tahun terakhir

Pada 2017, defisit APBN Saudi mengecil. Defisit itu hanya 8,9% dari total APBN. Total defisit turun menjadi 230 miliar riyal (Rp 863 triliun) sementara hutang negara itu menjadi 443,1 miliar riyal (Rp 1.663 triliun)

Memasuki 2018, Riyadh memperbaiki ekonominya dengan baik. Tercatat penerimaan negara naik menjadi 783 miliar riyal (Rp 2.900 triliun) dan defisit yang hanya 195 miliar riyal.(Rp 732 triliun) sementara hutang negara naik ke angka 558 miliar riyal (Rp 2.095 triliun)

Pada April 2018, Arab Saudi menerbitkan obligasi. Surat utang negara itu berhasil menarik dana sebesar 41,25 miliar riyal (Rp 154 triliun).

Di tahun 2019 Negeri dua kota suci itu mengalami defisit kembali sebesar 131,5 miliar riyal (Rp 493 triliun) serta menambah utang menjadi 657 miliar riyal (Rp 2.466 triliun).


(sef/sef) Next Article Pilu Arab Saudi: Kaya Minyak Tapi Utang Menggunung Tinggi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular