Produksi CPO RI Diperkirakan Naik Tipis di 2021

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
04 December 2020 10:17
Ilustrasi Kelapa Sawit cpo palm oil
Foto: Ilustrasi Kelapa Sawit (REUTERS/Luis Echeverria)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memperkirakan produksi minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/ CPO) pada 2021 naik tipis sekitar 3,5%, seiring dengan kabar bakal didistribusikannya vaksin Covid-19.

Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua Umum III GAPKITogar Sitanggang dalam webinar 'Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2020', Kamis (03/12/2020).

Dia pun memperkirakan konsumsi sawit untuk industri makanan pada tahun depan bakal naik 2,5%, sementara ekspor sawit diperkirakan melonjak hingga 11,5% dengan asumsi perekonomian global mulai pulih.

"Kalau pemerintah melanjutkan mandatori B30 pada 2021, maka ada peningkatan konsumsi sekitar 12% untuk konsumsi biodiesel. Kenaikan konsumsi juga akan mendorong harga harga minyak sawit menjadi US$ 750-850 per metric ton," katanya pada webinar 'Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2020', Kamis (03/12/2020).

Tapi jika mandatori turun menjadi B20, maka menurutnya akan ada penurunan konsumsi sekitar 25%, yang membentuk harga sawit di kisaran US$ 600-700 per metric ton.

Sementara hingga akhir tahun ini, produksi CPO diperkirakan naik 0,43% menjadi 47,41 juta ton dari 47,18 juta ton pada 2019. Peningkatan produksi CPO ini menurutnya didorong dari penyerapan biodiesel. Penyerapan minyak sawit untuk biodiesel diperkirakan mencapai 7,2 juta ton sampai akhir tahun ini.

Selain itu, penggunaan minyak sawit untuk industri oleochemical juga mendominasi konsumsi domestik yang mencapai 1,57 juta ton atau naik 48,96% dari 2019.

"Hal ini didorong permintaan pasar untuk bahan baku sabun serta pembersih lainnya yang meningkat selama pandemi Covid-19," katanya.

Hingga September 2020, GAPKI mencatat total ekspor minyak sawit Indonesia mencapai 24,08 juta ton dengan nilai mencapai US$ 15,49 miliar, dengan China masih menjadi negara tujuan ekspor utama.

Togar mengharapkan pemulihan permintaan minyak sawit di China pada tahun depan seiring dengan pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19.

Sebelumnya, penurunan permintaan di China terjadi pada Maret akibat penutupan akses ke beberapa pelabuhan, namun perlahan ekspor mulai naik pada Juli 2020.

Selain itu, ekspor sawit juga mulai membidik pasar Afrika yang memiliki pangsa pasar menarik. Meskipun tidak signifikan, volume ekspor minyak sawit ke Afrika terus meningkat secara konsisten setap tahunnya.

"Afrika memiliki potensi pasar yang baik bagi industri sawit Indonesia," katanya.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular