
Awas Teluk 'Meleduk', Israel Siaga Kapal Perang Tercanggih

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah hubungan yang memanas dengan sejumlah negara Timur Tengah terutama Iran, Israel menambah kapal perangnya. Negeri itu menerima kapal buatan Jerman yang dijuluki 'Perisai', yang kabarnya tercanggih di dunia saat ini.
Kapal "Korvet Saar-6" berlabuh di pelabuhan Haifa, Rabu (2/12/2020) sementara tiga dari model yang sama yang baru tiba tahun depan. Ini menambah jumlah kapal perang Israel yang melakukan misi di Laut Merah dan Teluk menjadi 15.
Korvet Saar-6 akan dilengkapi dengan pencegah rudal jelajah, yang dapat menembak jatuh roket sudut tinggi. Adanya kapal ini, kata seorang perwira angkatan laut senior, adalah tindakan pencegahan terhadap rudal jelajah Yakhont Soviet dan roket Khalij Fars Iran, yang diyakini Israel berada di gudang senjata Hizbullah di Lebanon.
Israel juga akan memanfaatkan kapal tersebut untuk melindungi ladang gas alam lepas pantai yang dekat dengan negara Lebanon. Angkatan laut Israel melihat ancaman terhadap rig gas dari gerilyawan Hizbullah yang didukung Iran.
Kekhawatiran terjadi pasca Teheran menyebut Israel membunuh ilmuwan program senjata nuklir Negeri Mullah Mohsen Fakhrizadeh. Iran sebelumnya bersumpah membalas dendam.
"Iran sedang mencari target prestise ... yang dapat dihantam dengan sedikit korban ... Ada sedikit kemungkinan eskalasi," kata seorang pejabat keamanan Israel dikutip dari Reuters, Kamis (3/12/2020).
Hizbullah bisa saja membantu Iran menanggapi kematian Fakhrizadeh. Meski Beirut telah mendesak semua pihak untuk menahan diri.
Fakhrizadeh telah incaran Israel selama bertahun-tahun. Netanyahu secara terbuka menamainya pada tahun 2018, ketika dia menunjukkan kepada dunia arsip nuklir Iran yang berhasil dicuri Mossad. Badan intelijen Israel dan Barat menggambarkannya sebagai seseorang dengan pengetahuan luas tentang program nuklir Iran.
Israel juga sudah lama dicurigai melakukan beberapa pembunuhan terarah terhadap ilmuwan nuklir Iran, baik di Iran maupun Suriah. Beberapa serangan terhadap infrastruktur yang terkait dengan program senjata Iran juga dikaitkan dengan Israel.
Waktu pembunuhan juga dianggap signifikan, sebelum presiden terpilih Joe Biden, yang mengalahkan Donald Trump dalam pemilu 3 November lalu, memasuki Gedung Putih. Biden diperkirakan akan menjauh dari kebijakan sanksi keras Trump terhadap Iran dan telah menyatakan lebih banyak kesediaan untuk bernegosiasi dengan Teheran.
"(Serangan kepada Fakhrizadeh mungkin telah) diatur waktunya. Untuk mempersempit risiko tanggapan ofensif Iran ... mengingat ... keinginan Iran untuk memfasilitasi dimulainya kembali kontak dengan administrasi Biden," tulis Amos Yadlin dan Assaf Orion dari Institut Studi Keamanan Nasional Universitas Tel Aviv.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 5 Tanda Perang Dunia 3 Makin Dekat, Bukan Cuma Rusia-Ukraina