Jangan Remehkan! Ini Pentingnya Tes Dalam Bendung Covid-19

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
02 December 2020 19:40
Dewi Nur Aisyah - Anggota Tim Pakar Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan Covid-19. (Dok: Tangkapan Layar Youtube BNPB Indonesia)
Foto: Dewi Nur Aisyah - Anggota Tim Pakar Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan Covid-19. (Dok: Tangkapan Layar Youtube BNPB Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia- Pengetesan yang masif untuk mencari pasien Covid-19 dan menahan penularan virus semakin meluas menjadi kunci dari penanganan pandemi ini di tanah air. Saat ini jumlah tes yang dilakukan untuk mengidentifikasi kasus baru di Indonesia pun semakin mendekati standar yang ditetapkan WHO.

"Untuk memastikan testing ini dilakukan pada seluruh kontak erat yang ditemukan. Jadi ini akan tetap meningkatkan jumlah pemeriksaan ketika ditemukan kasus positif, dan pengendalian di lapangan tetap harus dilakukan. Cara ini paling efektif untuk mengendalikan pandemi," kata Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Covid-19 Dewi Nur Aisyah, Rabu (02/12/2020).

Saat ini ada 466 laboratorium yang tergabung dalam jejaring pemeriksa Covid-19 yang ada di bawah 11 kementerian dan lembaga. Dewi mengakui salah satu kendala melakukan tes adalah jumlah laboratorium yang berbeda di setiap daerah. Dia mencontohkan, di Jawa Timur memiliki 78 laboratorium, tetapi di Nusa Tenggara Barat (NTB) hanya ada 8 unit, dan di Riau ada 34 unit laboratorium.

"Selain itu, ada tren yang kita lihat weekend jumlah pemeriksaan menurun karena tidak semua laboratorium bisa bekerja 24 jam dan setiap hari," kata Dewi.

Selain itu, untuk mengetahui laju penularan sedang naik atau turun biasanya akan spesifik melihat tren per minggu atau 3 harian karena akan terlihat spikenya. Dia mencontohkan, pada pekan pertama dan kedua setelah libur panjang angka kasus cenderung turun, dan pekan ketiga langsung naik. Hal ini berarti terjadi laju penularan yang meningkat, dan pada saat liburan panjang pun kebanyakan laboratorium tidak beroperasi.

Tes merupakan upaya penanganan Covid-19 selain tracing atau penelusuran kontak erat, dan treatment atau perawatan pada pasien yang sakit (test, trace, treat/3T). Dengan meningkatnya jumlah test, maka angka positivity rate atau jumlah yang dites berbanding kasus positif yang ditemukan cenderung menurun.

Satgas Penanganan Covid-19 mencatat pada Oktober positivity rate di angka 14% dan pada November 13,55%. Dewi mengatakan positivity rate pada November lebih rendah meski dirasakan jumlah kasus meningkat tajam, karena meningkatnya jumlah tes.

"Positivity rate meski turun dibanding Oktober, tapi tetap masih di atas standar WHO. Standarnya jika bisa mengendalikan Covid-19 sebenarnya 5% dari seluruh orang yang diperiksa," jelas Dewi.

Dia juga mencatat, di level nasional dari Juni hingga November ada peningkatan tes yang signifikan. Pada Juni pemeriksaan spesimen hanya 16 ribu dan 8.500 orang per hari, Juli menjadi 22 ribu spesimen dan 12 ribu orang per hari, Agustus naik menajdi 23 ribu spesimen dan 13 ribu orang per hari.

Pada September pun jumlah pemeriksaan naik tajam menjadi 36 ribu spesimen dan 23 ribu orang per hari, Oktober 38 ribu spesimen, dan November 39 ribu spesimen per hari dengan 31 ribu orang yang diperiksa setiap harinya.

"Spesimen ini menunjukan jumlah yang diperiksa di laboratorium dan , berpengaruh pada logistik karena reagen dihitung per spesimen. Apakah jumlah kita sama aja, sebenarnya ini berjalan dan sudah 4 kali lipat dibandingkan Juni," katanya.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mau PCR & Tes Antigen di Bandara? Ini Daftar Lengkap Biayanya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular