Bahasa Daerah Jadi Senjata Baru Satgas Cegah Penularan Covid

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
01 December 2020 16:07
INFOGRAFIS, Covid-19 di RI Mulai Terkendali
Foto: Infografis/ Covid-19 di RI Mulai Terkendali/ Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia- Tingginya angka Covid-19 di Indonesia diduga karena ketidakpahaman masyarakat tentang bahaya dari virus ini. Bahasa yang selama ini digunakan dinilai tidak dekat dan asing bagi masyarakat terutama di daerah, sehingga membuatnya menjadi acuh tak acuh.

"Saat ini ditengarai pesan-pesan yang disampaikan pemerintah melalui kampanye pencegahan penyebaran Covid-19 masih perlu ditingkatkan agar semakin mudah dipahami oleh masyarakat antara lain karena bahasa yang terlalu tinggi atau rumit. Tantangan komunikasi dan sosialisasi harus cepat diatasi mengingat pentingnya sosialisasi tersebut ke bahasa yang dikenal dan dekat ke masyarakat," jelas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nadiem Makarim dalam konferensi pers, Selasa (1/12/2020).

Untuk itu dia menegaskan penting mengubah sosialisasi mengenai Covid-19 ke bahasa yang paling dekat dengan masyarakat, yakni bahasa daerah. Dengan begitu diharapkan setiap pesan yang dikeluarkan pemerintah dapat menyentuh secara emosi, dan masyarakat dapat lebih memahaminya, sehingga tergerak untuk menerapkan pedoman yang diberikan.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Letjen TNI Doni Monardo mengatakan bahasa daerah dapat menjadi salah satu cara untuk mempercepat informasi kepada masyarakat. Dia mengakui selama ini sosialisasi yang dilakukan seringkali menggunakan bahasa asing yang sulit dipahami masyarakat, sehingga makna dari pesan tersebut tidak sampai.

"Padahal penjelasan soal Covid-19 harus sederhana agar bsia diterima dengan baik. Selama ini sebagian besar penanganan covid-19 terasa asing, seperti protokol kesehatan, new normal, asimtomatis, ada physical dan social distancing. Ini akan sangat sulit bagi masyarakat mengerti apa yang dimaksud," kata Doni.

Adanya penyesuaian bahasa pada sosialisasi Covid-19 juga diharapkan membuat masyarakat lebih cepat mempelajari tentang virus ini dan pencegahannya. Doni mengingatkan Covid-19 merupakan ancaman penyakit yang berbahaya, dapat menimbulkan kematian bagi kelompok rentan seperti lanjut usia atau yang memiliki penyakit penyerta.

"Apabila terpapar Covid-19 maka risiko mereka tinggi, angka kematian bagi kelompok rentan ini mencapai 80-85%. Covid-19 ini ibarat malaikat pencabut nyawa bagi kelompok rentan, karena korban jiwa telah mencapai 1,5 juta orang di dunia, dan di indonesia lebih dari 16 ribu orang meninggal dunia termasuk dokter dan tenaga medis," katanya.

Ketua Satgas juga meminta masyarakat patuh pada protokol kesehatan yakni memakai masker, menjaga jarak dan dilarang berkerumun, serta mencuci tangan dengan sabun. Ketika nanti ada vaksin pun, Doni menegaskan bukan berarti masyarakat dapat lalai tidak memakai masker karena vaksin tidak dapat memusnahkan Covid-19.

"Tetap harus #pakaimasker, vaksin tidak menghentikan Covid-19. Belum ada satupun ahli di dunia memprediksi kapan Covid-19 akan berakhir. Presiden Joko Widodo juga meminta untuk selalu patuh pada protokol kesehatan, menjaga jarak serta dilarang berkerumun. Seseorang yang terpapar covid harus dicegah," ujar Doni.

Selain itu, upaya pencegahan penyebaran ini pun penting dan dilakukan upaya maksimal. Doni mengingatkan jika langkah pencegahan dirasa gagal, maka tidak boleh kehabisan akal dengan melakukan langkah mitigasi dalam rangka mencegah yang lain terpapar.

"Selama ada pandemi ini dan ada yang terpapar maka tidak ada tempat yang betul-betul aman di dunia. Apalagi tanah air kita, selama ada daerah yg terpapar covid-19 maka tidak ada daerah yang aman," ujarnya.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Data Baru Sebut China Sudah Kaji Covid Sebelum Pandemi Meledak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular