Jepang Alami Kejatuhan Harga-harga Barang, Terburuk 8 Tahun

Thea F, CNBC Indonesia
27 November 2020 19:40
A woman wearing a mask walks past a Japanese flag Wednesday, March 11, 2020, in Tokyo. For most people, the new coronavirus causes only mild or moderate symptoms, such as fever and cough. For some, especially older adults and people with existing health problems, it can cause more severe illness, including pneumonia. The vast majority of people recover from the new virus. (AP Photo/Jae C. Hong)
Foto: Jepang (AP/Jae C. Hong)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Konsumen (IHK) inti di Tokyo mengalami penurunan tahunan terbesar dalam lebih dari delapan tahun terakhir, memperlihatkan krisis virus corona terus menambah tekanan deflasi pada perekonomian Jepang.

Data yang dikeluarkan pada Jumat (27/11/2020), yang dianggap sebagai indikator utama tren harga nasional, memperkuat ekspektasi pasar bahwa inflasi akan tetap jauh dari target Bank of Japan sebesar 2% di masa mendatang.

"Harga konsumen akan terus melayang pada catatan yang lemah karena pemulihan ekonomi apa pun akan moderat," kata Dai-ichi Life Research Institute, yang memperkirakan harga konsumen inti nasional turun 0,5% pada tahun fiskal yang berakhir Maret 2021, dikutip dari Arab News.

Data pemerintah menunjukkan indeks harga konsumen inti (CPI) untuk ibu kota Jepang, yang mencakup produk minyak, tetapi tidak termasuk harga makanan segar, turun 0,7% pada November dari tahun sebelumnya, sesuai dengan perkiraan rata-rata harga pasar.

Jumlah tersebut juga mengikuti penurunan 0,5% pada Oktober dan menandai penurunan tahunan terbesar sejak Mei 2012.

Data tersebut juga menunjukkan penurunan biaya bahan bakar dan dampak dari kampanye pemerintah yang menawarkan diskon untuk perjalanan domestik membebani harga konsumen Tokyo.

Ekonomi Jepang berkembang pada Juli-September dari rekor kemerosotan pasca perang pada kuartal kedua, saat aturan penguncian untuk mencegah penyebaran virus melumpuhkan konsumsi dan aktivitas bisnis.

Namun, para analis memperkirakan pemulihan apa pun akan sulit selama masih ada kebangkitan kasus infeksi global dan domestik dan malah akan menekan para pembuat kebijakan untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan stimulus.

Menurut data Worldometers per Jumat (27/11/2020), Jepang tercatat memiliki 137.261 kasus positif, 2.022 kasus kematian, dan 116.378 pasien berhasil sembuh.


(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jepang Catat Inflasi April 2,5%, Tertinggi dalam 7 Tahun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular