Mantan Bos Toyota Blak-Blakan Kelemahan Industri di RI

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
24 November 2020 20:40
Volkswagen export cars are seen in the port of Emden, beside the VW plant, Germany March 9, 2018.  REUTERS/Fabian Bimmer
Foto: REUTERS/Fabian Bimmer

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri di Indonesia harus dikembangkan secara fokus termasuk dalam mendorong investasinya. Sehingga hasil industri bisa lebih berkontribusi bagi ekonomi lebih besar lagi.

Wakil Ketua Umum Bidang Perindustrian Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Johnny Darmawan buka-bukaan mengenai potensi ekspor dari sejumlah sektor industri di Indonesia. Dikatakan, pada era perdagangan bebas sebenarnya Indonesia punya potensi, tak hanya dari manufaktur.

"Jangan cuma ngomong industri manufaktur, kita ngomong industri pengolahan, makanan minuman kita bisa siap. Terus masalah mengenai tambang kita banyak mineral aluminium. Terus yang paling paling mudah itu industri petrokimia di mana kalau petrokimia itu kan sebenarnya turunan itu bisa dibuat untuk banyak sekali untuk untuk bahan baju, obat segala macam," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (24/11/20).

Dari banyaknya potensi itu, menurutnya pemerintah perlu menaruh perhatian ke sejumlah daftar prioritas. Itulah yang nantinya perlu didorong untuk diberikan karpet merah atau fasilitas.

"Saya harapkan di sini adalah milestone-nya, jadi kira-kira mau ke mana, investasi mau apa dan hasilnya apa itu harus jelas, jangan nanti investasi kita nggak tau output-nya. Contohnya aja yang saya takutkan itu kan TKDN sudah sejak 2016 kalau nggak salah itu kan udah ada namanya perpres tapi sampai sekarang tidak dijalankan," kata Johnny yang pernah menjabat Presdir Toyota Astra Motor (TAM) ini.

Selama ini, manufaktur kontribusinya 20% terhadap PDB. Padahal, di sejumlah negara maju porsi industri ini rasionya itu minimum 50% atau 60% adalah industri selebihnya Itu bisa komoditas, perdagangan dan lainnya.

"Sedangkan Indonesia terbalik. Kita punya industri manufaktur baru 20% (dari PDB) ditambah yang lain yang mungkin sekitar 30-an%, itu masih jauh di bawah yang kita harapkan," urainya.

"Kalau menurut saya yang selama saya bekerja saya dulu megang Toyota bagaimana kita membuat itu harganya murah tanpa bantuan fasilitas dari luar. Kalaupun ada fasilitas itu adalah sebagai bonus nanti kalau kita bisa mencapai apa yang kita mau itu 20% atau 10% bonus," urainya.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Diserang Hacker, Toyota Tutup Pabrik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular