KTT G-20

Jokowi Minta Akses Vaksin Covid-19 Dibuka bagi Semua Negara

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
22 November 2020 08:32
Jokowi dalam KTT G-20 21 November 2020/Biro Setpres
Foto: Jokowi dalam KTT G-20 21 November 2020/Biro Setpres

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang hadir dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 tahun 2020 yang digelar secara virtual pada 21 November, mendorong agar akses vaksin Covid-19 bisa dibuka bagi semua negara.

Jokowi mengatakan, dunia saat ini tengah melihat dan menanti pertemuan para pemimpin negara G20. Kepemimpinan negara-negara yang hadir dalam KTT G20 tahun 2020 sangat diharapkan untuk membawa dunia keluar dari krisis kesehatan akibat pandemi dan keterpurukan ekonomi.

Kepala Negara menegaskan, bahwa saat ini terdapat dua hal yang perlu menjadi fokus perhatian negara-negara G20 di tengah situasi pandemi.

"Pertama, pendanaan bagi pemulihan kesehatan. Dunia tidak akan sehat kecuali semua negara sudah sehat. Vaksin adalah salah satu amunisinya," ujarnya dalam sesi pertama KTT G20 yang bertemakan "Mengatasi Pandemi serta Memulihkan Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan".

Pidato Jokowi dalam KTT G20 pada Sabtu, 21 November itu digelar dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat.

Mantan Gubernur DKI ini menegaskan, akses terhadap vaksin Covid-19 harus dapat tersedia bagi semua negara tanpa terkecuali. Komitmen politik negara-negara G20 sangat dibutuhkan untuk memobilisasi pendanaan global bagi pemulihan kesehatan.

Kedua, Presiden memandang perlunya dukungan untuk pemulihan ekonomi dunia.

Terkait hal tersebut, Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) telah meminta dukungan dana sebesar US$ 2,5 triliun agar negara berkembang mampu keluar dari keterpurukan ekonomi dengan memperlebar ruang fiskalnya.

Pemulihan ekonomi dunia tersebut memerlukan perhatian negara-negara G20. Salah satunya soal bantuan restrukturisasi utang untuk negara berpendapatan rendah.

"Restrukturisasi utang ini harus dibarengi dengan ditingkatkannya manajemen utang (sound debt management) termasuk transparansi data dan dijaganya keberlanjutan fiskal," kata Presiden.

Selain itu, dukungan yang luar biasa bagi kebijakan fiskal, moneter, dan sektor keuangan menjadi sangat penting untuk terus diberikan bagi negara-negara berkembang. Presiden berpandangan, apabila dukungan tersebut dikurangi secara terburu-buru, maka pemulihan ekonomi dunia dikhawatirkan akan berjalan dalam waktu yang lama.

"Keleluasaan fiskal negara berkembang dibutuhkan untuk membiayai social safety net, mendongkrak konsumsi domestik, serta menggerakkan ekonomi kecil dan menengah," tuturnya.

Bulan lalu, Sekretaris Jenderal PBB juga telah menyerukan perlunya solidaritas yang lebih kuat bagi negara berkembang di masa sulit akibat pandemi Covid-19 saat ini. Tanpa bantuan negara-negara G20, negara berkembang dan terbelakang tidak mudah untuk dapat pulih dari keterpurukan ekonomi akibat pandemi.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Lantik 12 Duta Besar Berkuasa Penuh, Siapa Saja?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular