Utang Maha Dahsyat Arab Saudi Sejak Raja Salman Berkuasa

Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki 2020, banyak kejadian yang membuat dinamika baru pada perekonomian Arab Saudi. Menteri Keuangan Saudi Mohammed Al Jaddan memprediksi bahwa penerimaan negara turun menjadi 833 miliar riyal (Rp 3.128 triliun), turun dibanding 2019 yang mencatatkan penerimaan tahun 2019 yang mencapai 975 miliar riyal (Rp 3.661 triliun).
Namun pada awal tahun 2020 turbulensi politik mulai terjadi setelah Amerika Serikat menembakkan rudalnya ke arah iring-iringan seorang jendral tertinggi Iran Qassem Solemani. Saat itu Saudi mencetak kembali obligasi senilai 18,75 miliar riyal (Rp 70 triliun).
Turbulensi politik yang mencemaskan di timur tengah bukan cuma hal yang mewarnai ekonomi negara padang pasir itu. Pandemi Covid-19 yang menekan permintaan pasar akan minyak dan larangan perjalanan untuk jamaah haji dan umrah diprediksi akan membuat peneriman negara itu ambles. Disisi lain, penanganan Covid-19 yang membutuhkan dana besar akan memaksa Arab Saudi berhutang lagi.
Pemerintah merevisi target pendapatan menjadi 770 miliar riyal (Rp 2.891 triliun), turun 16,9% dibanding 2019. Sementara utang diprediksi membengkak menjadi 941 miliar riyal (Rp 3.533 triliun), membuncit 32,9% dibanding 2019. Berikut catatan perjalanan utang Arab Saudi dari 2014 hingga 2019.

-
1.
-
2.
-
3.