
Dear 'Opa' Biden, Ini Lho Alasan Putin Belum Ucapkan Selamat

Jakarta, CNBC Indonesia - Ada alasan mengapa Presiden Rusia Vladimir Vladimirovich Putin hingga kini belum juga mengucapkan selamat kepada Joseph Robinette Biden Jr. yang terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).
Kremlin menyatakan pada Senin (9/11/2020), Rusia belum akan mengakui Joe Biden sebagai Presiden AS terpilih karena belum adanya hasil resmi pemilihan presiden Negeri Paman Sam tersebut.
"Kami yakin benar menunggu hasil resmi pemilu diumumkan," kata Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov kepada wartawan sebagaimana dikutip dari The Moscow Times.
Ditanya mengapa Putin memberi selamat kepada Donald Trump kurang dari 12 jam setelah dia dinyatakan sebagai pemenang pada 2016, Peskov mencatat bahwa "perbedaannya sangat jelas: saat ini ada sengketa hukum tentang hasilnya."
Trump sendiri belum menyerah dan kemenangan Biden masih menjadi proyeksi karena ada beberapa negara bagian masih menghitung suara.
"Bagaimanapun, kami berharap dapat menjalin dialog dan menyepakati bersama tentang cara-cara untuk menormalkan hubungan bilateral kami dengan presiden AS berikutnya," kata Peskov.
"Bagian penting dari hubungan bilateral ini, yang berarti stabilitas dan keamanan, tidak hanya menyangkut kedua negara kita tetapi juga negara-negara di seluruh dunia."
Para pemimpin dunia termasuk Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memberi selamat kepada Biden setelah dinyatakan mendapatkan suara elektoral melebihi syarat 270 dengan Trump.
Pemimpin oposisi Rusia, Alexei Navalny sudah terlebih dahulu memberi selamat kepada Biden atas kemenangannya pada Minggu sebelum ada reaksi dari Kremlin terhadap hasil pemilu AS. Navalny dalam kicauannya di media sosial Twitter mengucapkan selamat kepada Biden, pasangannya Kamala Harris dan juga orang Amerika karena "mendefinisikan kepemimpinan baru dalam pemilihan yang bebas dan adil."
"Ini adalah hak istimewa yang tidak tersedia untuk semua negara," kata Navalny, yang sedang memulihkan diri di Jerman dari dugaan keracunan pada Agustus lalu.
Sebelumnya, Rusia telah dituduh mencampuri pemilihan AS 2016 untuk membantu Trump terpilih, dengan harapan Trump akan mengambil sikap yang lebih lembut dengan Rusia.
Biden diperkirakan akan mengambil sikap yang lebih keras dan selama kampanye mengecam Trump karena telah "merangkul begitu banyak otokrat di seluruh dunia, dimulai dengan Vladimir Putin."
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sehari Setelah Rusuh, Kongres Sahkan Biden Jadi Presiden AS!