
Kalau Lihat Data Ini, Biden Menang Jadi Presiden AS!

Jakarta, CNBC Indonesia - Berdasarkan rangka penghitungan suara pemilihan presiden AS yang terbaru, kandidat dari Partai Demokrat yakni Joe Biden masih unggul baik secara suara populer maupun elektoral. Namun setiap media yang melaporkan memiliki angka yang berbeda-beda tergantung sumbernya.
Misal, The Guardian melaporkan perolehan suara elektoral Joe Biden sampai saat ini mencapai 264 suara sementara untuk rivalnya Donald Trump hanya memperoleh 214 suara elektoral. Dengan begitu Biden hanya kurang enam suara elektoral lagi untuk melenggang ke Gedung Putih.
Dalam hal pemaparan data, The Guardian menggunakan data Associated Press (AP). Berbeda dengan The Guardian, BBC melaporkan jumlah perolehan suara elektoral Joe Biden masih di angka 253 dan Trump di 214. Sumber yang digunakan BBC adalah data Edison Research via Reuters.
Sebelum pemilu AS dihelat pada 3 November lalu, media asal Inggris The Economist melakukan sebuah studi untuk memperkirakan kemungkinan menang masing-masing kandidat.
Studi yang dilakukan dengan Columbia University itu memperkirakan kemungkinan Biden yang akan jadi Presiden AS sangatlah tinggi. Pria berusia 77 tahun mantan wakil presiden era Barrack Obama itu ditaksir memiliki kemungkinan memang suara populer sebesar 99% dan untuk elektoral kemungkinannya 97%.
Dari 50 negara bagian yang ada di Negeri Paman Sam, progress penghitungan suara di 22 negara bagian diestimasi sudah mencapai 99%. Sebanyak 20 negara bagian lain progress penghitungan suaranya mencapai rentang 90%-98% dan sisanya di rentang 50%-89%.
Beberapa negara yang padat penduduknya dan menyumbang suara elektoral besar masih banyak yang progress penghitungannya masih di bawah 90%. Sebut saja ada Illinois, New York dan California.
Di ketiga negara bagian tersebut Joe Biden unggul dengan margin yang lebar. Biden unggul di 25 negara bagian dan Trump memimpin di 25 negara bagian lain.
Apabila mengacu pada data Edison Research, maka Biden kurang 17 suara elektoral lagi untuk menang, sedangkan Trump membutuhkan lebih banyak suara elektoral yaitu mencapai 56 suara.
Untuk memenangkan kontestasi politik saat ini Biden hanya butuh menang di satu negara bagian dengan sumbangsih suara elektoral tinggi yang penghitungannya belum mencapai angka 99%. Dengan sumbangsih 20 suara elektoral maka Biden sudah menang.
Trump telah diproyeksikan untuk memenangkan pertempuran di negara bagian Florida, Ohio, Texas dan Iowa dan Mr Biden diproyeksikan untuk memenangkan Michigan dan Wisconsin yang dulunya dimenangkan presiden pada tahun 2016.
Untuk Georgia di mana Biden unggul dengan margin tipis, penghitungan ulang akan dilakukan. Di Georgia yang menyumbang 16 suara elektoral Biden unggul dengan persentase suara populer mencapai 49,4% dan Trump berhasil meraup 49,3%.
Tipis sekali dengan margin 0,1 persen poin. Mengingat sistem pemilu di AS menggunakan metode winner takes all maka wajar apabila pihak yang kalah tetapi marginnya lebih kecil meminta untuk dilakukan hitung ulang.
Pasalnya jika setelah dihitung ulang justru Trump yang menang, maka 16 suara elektoral itu akan jatuh ke petahana presiden AS ke-45 tersebut. Biden juga unggul tipis dari Trump di Arizona.
Penghitungan suara masih akan berlanjut. Untuk menyelesaikan ini semua butuh waktu berhari-hari bahkan bisa sampai hitungan minggu karena ada kemungkinan para kandidat meminta adanya penghitungan ulang.
Trump juga sudah ambil ancang-ancang bila dalam pemilu ini ia kalah akan menggugatnya ke jalur hukum. Narasi kecurangan seperti penggelembungan suara dan berbagai bentuk lainnya sudah ia siapkan.
Namun tampaknya banyak pihak yang sudah bersiap jika Biden lah yang akan mengambil tampuk kepemimpinan di AS sebagai presiden ke-46. Kali ini sejarah bahwa kalah di voting populer belum tentu kalah di suara elektoral tampaknya tidak terjadi lagi seperti empat tahun silam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Update Pemilu Paruh Waktu AS: Partai Republik Unggul