Ekonomi Membaik, Permintaan Batu Bara Diramal Naik di 2021

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
06 November 2020 16:33
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Anjloknya harga batu bara sebagai dampak dari menurunnya permintaan karena adanya pandemi Covid-19 tahun ini membuat industri batu bara cukup terpuruk. Namun, pada tahun depan konsumsi batu bara diperkirakan bakal meningkat kembali seiring dengan membaiknya perekonomian global.

Hal tersebut disampaikan oleh Joko Pramono, Direktur Sumber Daya Manusia PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dalam sebuah diskusi daring bertema 'Threats & Opportunities in 2021', kemarin, Kamis (05/11/2020).

Dia menjelaskan, pada awal pandemi Covid-19 pihaknya sempat memproyeksikan jika kondisi akan membaik pada September. Namun prediksi ini meleset karena sampai hari ini masih terdampak, meski kegiatan ekonomi mulai bergeliat.

"Ekonomi kita sudah mulai meningkat dan kita lihat tidak hanya batu bara, tapi industri lain, komoditas mulai alami perbaikan," ungkapnya, Kamis (05/11/2020).

Lebih lanjut dia mengatakan, membaiknya kegiatan ekonomi, baik industri, retail, dan lainnya berdampak pada meningkatnya kebutuhan energi. Kondisi objektif saat ini adalah batu bara masih menjadi kebutuhan energi yang paling murah, sehingga masih akan dibutuhkan.

"Kalau kegiatan industri meningkat, maka dibutuhkan energi. Energi murah adalah batu bara. Pandemi 2020, perkiraan recover pada 2021, dan bisa berjalan lagi memenuhi kebutuhan industri. Tak hanya industri, bila perekonomian bergerak, baik perhotelan, retail, semua konsumsi energi. Energi tersuplai dari batu bara," jelasnya.

Sebagai informasi, produksi batu bara nasional sampai September 2020 mengalami penurunan 9,8% menjadi 418,47 juta ton dari 463,9 juta ton pada periode Januari-September 2019.

Hal tersebut berdasarkan data Minerba One Data Indonesia (MODI) yang dipublikasikan dalam situs Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, seperti dikutip CNBC Indonesia pada Rabu (28/10/2020).

Bila dibandingkan dengan rencana penuh tahun ini sebesar 550 juta ton, artinya produksi batu bara selama sembilan bulan ini mencapai 76%.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penampakan Bongkar Muat Batu Bara di Tanjung Priok

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular