
Akhirnya! Menhan Austria & Prabowo Tentukan Nasib Eurofighter

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pertahanan Republik Austria Klaudia Tanner dijadwalkan akan menemui Menteri Pertahanan Republik Indonesia Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto di kantor Kementerian Pertahanan Austria di Wina, Selasa (20/10/2020) pagi waktu setempat. Pertemuan itu akan membahas nasib 15 jet tempur Eurofighter Typhoon milik Pemerintah Austria yang diminati oleh Pemerintah Indonesia.
Salah satu media terkemuka di Wina, Der Standard, melaporkan pertemuan Tanner dan Prabowo akan berlangsung selama satu jam. Setelah itu, hanya ada siaran pers yang disampaikan Kementerian Pertahanan Austria. Tidak ada sesi foto yang sebagaimana lazimnya pertemuan bilateral.
Salah satu alasan di balik keputusan itu, menurut seorang sumber di Kementerian Pertahanan Austria, karena Prabowo memiliki peran sentral di militer pada era pemerintahan Presiden Suharto. Suharto, yang dituding publik Austria sebagai diktator, merupakan eks mertua Prabowo. Prabowo juga diduga terlibat dalam berbagai pelanggaran hak asasi manusia (HAM), sesuatu yang telah dibantah Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya itu berulang kali.
Jelang pertemuan Tanner dan Prabowo, kritikan terus disampaikan sejumlah kalangan. Terbaru, Juru Bicara Partai Hijau David Stogmuller memberikan pernyataan.
"Harus diklarifikasi apakah tidak ada negara lain yang tertarik dengan Eurofighter," ujarnya seraya menyinggung masalah dugaan pelanggaran HAM yang membelit Prabowo.
Pekan lalu, kritik demi kritik juga dilayangkan partai oposisi pemerintah. Sebagai informasi, Tanner berasal dari Partai Rakyat Austria (OVP) selaku pemenang dalam pemilihan umum 2017 lalu.
Juru Bicara Bidang Pertahanan Partai NEOS (Das Neue Österreich und Liberales Forum) Douglas Hoyos mengkritik rencana Tanner menjual 15 jet tempur Eurofighter Typhoon.
"Menjual Eurofighter Typhoon ke Indonesia bukanlah solusi untuk tuduhan korupsi seputar pembelian tersebut," ujarnya dilansir Der Standard, Minggu (18/10/2020).
Menurut dia, militer Austria akan berada dalam situasi sulit jika semua Eurofighter Typhoon dijual. Sebab, Austria telah meng-grounded sejumlah jet tempur lainnya, yaitu Saab 105 buatan Swedia.
"Selain itu, perlu dicermati apakah Indonesia merupakan mitra negosiasi yang cocok karena situasi hak asasi manusia setempat," kata Hoyos.
Juru Bicara Bidang Pertahanan Partai Kebebasan Austria (FPO) Reinhard Bosch menilai prospek kesepakatan antara kedua negara "sangat rendah" karena Austria membutuhkan persetujuan dari empat negara produsen Eurofighter Typhoon, yaitu Jerman, Inggris Raya, Italia, dan Spanyol. Tidak ketinggalan yang tak kalah penting adalah restu dari Amerika Serikat (AS) dan Airbus.
Pengawasan wilayah udara, menurut Bosch, akan terkendala jika penjualan Eurofighter Typhoon terwujud. Sebab, alternatif untuk jet-jet tempur itu harus segera disediakan pemerintah.
"Para ahli di kementerian harus menentukan jumlah hingga kemampuan apa yang diperlukan untuk memenuhi tugas dalam pengawasan wilayah udara," kata Bosch.
Terlepas dari dinamika yang ada, Presiden Austria Alexander van der Bellen meminta Tanner mempelajari apa yang diajukan Prabowo.
"Merupakan tugas menteri pertahanan untuk memeriksa permintaan tersebut dengan cermat dan menarik kesimpulan yang sesuai," ujarnya kepada Der Standard.
(miq/sef) Next Article Sowan Menhan Austria, Prabowo Jadi Beli Eurofighter Typhoon?
