
Kerja Keras Jokowi-Sri Mulyani Pulihkan Ekonomi yang 'Hancur'

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terus berupaya memulihkan ekonomi nasional yang tertekan Covid-19. Semua instrumen kebijakan pun diarahkan untuk meminimalisir dampak yang lebih dalam.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemerintah terus bekerja keras untuk memulihkan ekonomi dengan kombinasi antara kebijakan fiskal dan moneter. Hal tersebut dikatakannya pada CNBC Debate on the Global Economy, salah satu rangkaian acara Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2020.
"Kita tahu bahwa kita perlu langkah extraordinary seperti defisit fiskal, maupun kebijakan moneter yang mendukung. Tetapi bagi kita untuk dapat pulih, kita tidak boleh bergantung pada hanya dua instrumen, yaitu kebijakan fiskal dan moneter. Kami perlu bekerja sangat keras," ujarnya melalui keterangan resmi, Senin (19/10/2020).
Menurutnya, kerja sama luar biasa antara pemerintah dengan Bank Indonesia melalui burden sharing dilakukan dengan sangat hati-hati. Kerja sama tersebut memerlukan banyak komunikasi untuk meyakinkan masyarakat, pemegang obligasi, lembaga pemeringkat bahwa independensi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral tidak terpengaruh.
"Ini adalah intervensi yang belum pernah terjadi sebelumnya di mana Bank Indonesia juga dapat membeli obligasi pemerintah di pasar perdana tanpa menimbulkan kesan bahwa kami mengancam independensi Bank Sentral. Kami sangat membutuhkan banyak komunikasi di saat merancang kebijakan apa yang tepat," jelasnya.
Bendahara negara ini menegaskan, upaya yang dilakukan pemerintah melebarkan defisit fiskal dengan meningkatkan pengeluaran untuk kesehatan, perlindungan sosial, UMKM, korporasi serta stabilitas sektor keuangan semata-mata ditujukan untuk menyelamatkan kehidupan masyarakat.
"Indonesia menggunakan defisit fiskal ini yang pertama dan terpenting sebenarnya untuk menyelamatkan kehidupan masyarakat sebagai kehidupan dan mata penghidupan," tegas Menkeu.
Dukungan penuh dari DPR dengan menyetujui berbagai perubahan terkait defisit fiskal dan program pemulihan ekonomi (PEN) dinilai sangat tepat. Ia pun optimistis momentum pemulihan ekonomi pada kuartal III-2020 terus berlanjut setelah kontraksi sangat dalam.
"Seperti yang Anda sebutkan bahwa ramalan IMF lebih baik, kami juga melihat peningkatan pada kuartal ketiga setelah kontraksi yang sangat dalam 5,3%. Kami sekarang menjadi lebih baik pada kuartal ketiga dan kami berharap momentum pemulihan ini akan dilanjutkan," tandasnya.
(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Helikopter Uang' Jokowi Sudah Terbang, Semoga RI Tak Resesi!