
Covid-19 Sumbang Dua Pertiga dari Peningkatan Kematian di AS!

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat memiliki jumlah tingkat kematian 20% lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya selama pandemi Covid-19 pada Maret-Agustus 2020, di mana 67% dari peningkatan jumlah kematian tersebut diduga karena terkait infeksi Covid-19.
Hal tersebut berdasarkan hasil riset terbaru dari Virginia Commonwealth University (VCU) dan Yale University yang diterbitkan pada Selasa di JAMA, seperti dilansir dari New York Post.
Peneliti menganalisis data kematian dari Pusat Statistik Kesehatan Nasional dan Biro Sensus AS.
Penelitian itu menyebut bahwa meskipun jumlah total kematian AS sangat konsisten dari tahun ke tahun, namun selama Maret-Juli 2020, jumlah kematian AS meningkat 20%. Covid-19 diduga menjadi penyebab utama dari peningkatan tingkat kematian ini yang berkontribusi mencapai 67%.
"Bertentangan dengan para pihak yang skeptis dan mengklaim bahwa kematian akibat Covid-19 adalah palsu atau bahwa jumlahnya jauh lebih kecil daripada yang kami dengar di berita, penelitian kami dan banyak penelitian lain pada subjek yang sama menunjukkan hal yang sebaliknya," kata penulis utama Dr. Steven Woolf, Direktur Emeritus dari Pusat Masyarakat dan Kesehatan VCU, dalam rilis berita universitas.
Selama jangka waktu yang diteliti, ada lebih dari 1,3 juta kematian di AS, dan 225.530 jumlah kematian lebih banyak di mana 150.541 di antaranya dikaitkan dengan Covid-19.
Menurut data yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins, setidaknya ada 215.549 kematian yang dilaporkan Covid-19 di AS.
Selain Covid-19, ada juga peningkatan signifikan secara statistik dalam penyebab kematian seperti penyakit jantung dan demensia selama minggu-minggu, beberapa di antaranya dicatat oleh para peneliti bertepatan dengan lonjakan kasus virus corona.
Woolf mengatakan beberapa orang yang tidak pernah terinfeksi mungkin telah meninggal karena gangguan terkait pandemi.
"Ini termasuk orang dengan keadaan darurat akut, penyakit kronis seperti diabetes yang tidak dirawat dengan baik, atau krisis emosional yang menyebabkan overdosis atau bunuh diri," tulisnya.
Sementara dari sisi wilayah dengan tingkat kematian paling tinggi, berdasarkan penelitian ini, antara lain seperti New Jersey, New York, dan Massachusetts yang terdiri 30% dari kematian berlebih secara nasional tetapi memiliki epidemi yang berlangsung terpendek kurang dari 10 minggu.
Para peneliti mencatat, negara bagian ini membengkokkan kurva dan menurunkan tingkat kematian, sedangkan negara bagian lain seperti Texas, Florida dan Arizona mengalami lonjakan yang lebih lama yakni sekitar 16-17 minggu, kemudian selama musim panas, menurut penelitian.
"Kami tidak dapat membuktikan secara kausal bahwa pembukaan kembali negara bagian tersebut menyebabkan lonjakan (tingkat kematian) pada saat musim panas. Tapi sepertinya sangat mungkin," papar Woolf.
Namun demikian, penulis penelitian mengakui adanya kesulitan dengan penyebaran virus yang tidak terdeteksi dan dapat menyebabkan kematian yang berlebihan. Penulis juga mencatat beberapa batasan, seperti ketidakakuratan yang terkait dengan sertifikat kematian dan ketergantungan pada data sementara.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pecah Rekor, Kasus Covid Negara Ini Tembus 100 Juta Infeksi
