Internasional

Simak! Fakta-fakta Soal WHO Tak Sarankan Lockdown

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
12 October 2020 15:47
The logo of the World Health Organization is seen at the WHO headquarters in Geneva, Switzerland, Thursday, June 11, 2009. The World Health Organization held an emergency swine flu meeting Thursday and was likely to declare the first flu pandemic in 41 years as infections climbed in the United States, Europe, Australia, South America and elsewhere. (AP Photo/Anja Niedringhaus)
Foto: Logo World Health Organization (WHO) (AP Photo/Anja Niedringhaus)

Jakarta, CNBC Indonesia - Komentar terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengenai Covid-19 mempertanyakan keabsahan aturan penguncian (lockdown) yang dilakukan banyak negara sejak munculnya wabah virus corona (Covid-19).

Dr Davis Nabarro, salah satu petinggi WHO yang menyerukan para pemimpin dunia untuk berhenti melakukan lockdown demi ekonomi. Ia bahkan mengklaim satu-satunya kesuksesan lockdown adalah meningkatkan kemiskinan, tanpa menyebutkan potensi menyelamatkan nyawa.



"Kami di WHO, tidak menganjurkan penguncian, sebagai cara utama pengendalian virus ini," kata pria yang pernah dinominasikan untuk menduduki posisi Direktur Jenderal WHO tahun 2017 dalam wawancara dengan The Spectator.

Lebih lanjut Nabarro menegaskan lockdown dapat dibenarkan hanya untuk memberi waktu bagi para pemimpin menyusun kembali sumber daya untuk melindungi petugas kesehatannya. Ia mengatakan banyak industri global hancur, misalnya pariwisata dan pertanian kecil, yang hancur akibat lockdown.



Komentar yang senada dengan Nabarro sebetulnya pernah dilontarkan oleh Direktur eksekutif program kedaruratan kesehatan WHO Mike Ryan. Pada Maret lalu, Ryan sempat mengatakan lockdown tidak cukup untuk mengalahkan virus corona.

"Yang benar-benar perlu kami fokuskan adalah menemukan mereka yang sakit, mereka yang memiliki virus, dan mengisolasi mereka, menemukan kontak mereka, dan mengisolasi mereka," kata Mike Ryan dalam sebuah wawancara di acara BBC, sebagaimana dikutip oleh Reuters.

"Bahayanya sekarang dengan lockdown ... jika kita tidak menerapkan langkah-langkah kesehatan masyarakat yang kuat sekarang, ketika pembatasan gerakan dan penguncian dicabut, bahayanya adalah penyakit akan melonjak kembali."

Berbeda Pendapat dengan Dirjen WHO

Namun komentar Nabarro dan Ryan berbeda dengan Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus. Melaluinya, WHO beberapa kali memperingatkan negara-negara agar tidak cepat mencabut aturan lockdown selama menghadapi gelombang pertama virus.

"Hal terakhir terjadi di negara mana pun saat membuka sekolah dan bisnis, hanya untuk dipaksa menutupnya lagi karena kebangkitan (corona)," kata Tedros, dikutip dari NYPost.

Namun ini tidak membuat WHO membalikkan anjurannya mengenai Covid-19. Sejak awal pandemi, WHO menganjurkan pelacakan kontak, kebersihan dan isolasi.

Juru bicara WHO, Dr Margaret Harris dalam acara Chanel Nine's Today pada Senin (12/10/2020) mengatakan bahwa komentar Nabarro bukan berarti telah membalikkan saran yang sudah dikeluarkan WHO sejak awal.

"Ini bukan backflip, ini bukan perubahan dalam nasihat," kata Harris. "Sejak awal kami telah mengatakan apa yang benar-benar ingin kami lihat adalah pelacakan yang kuat, penelusuran, komunitas cuci tangan, dan menggunakan masker, sehingga Anda tidak perlu masuk ke ruang isolasi."

"Banyak negara harus mengunci diri, tetapi kami mengatakan melakukan semua hal lain untuk menghindari pergi ke sana karena biaya ekonomi dan sosial sangat tinggi."

Pernyataan Harris tersebut ini sejalan dengan pernyataan yang dia berikan kepada media Australia pada bulan April lalu. Dalam sebuah wawancara dengan Sydney Morning Herald dan The Age, Harris mengatakan WHO menganjurkan pelacakan kontak yang kuat.

"Kami tidak pernah mengatakan akan mengunci diri, kami telah mengatakan lacak, lacak, isolasi, rawat," tukasnya.

Lalu, kapan sebaiknya aturan lockdown dicabut?

WHO mengeluarkan rencana enam langkah yang harus diikuti pemerintah berbagai negara di seluruh dunia untuk mengurangi aturan pembatasan dan lockdown. Untuk meringankan pembatasan, WHO mengatakan bahwa pemerintah harus mengikuti enam langkah ini, sebagaimana dikutip dari ABC.net.au:

- Memastikan transmisi penularan corona terkendali

- Memastikan sistem kesehatan dapat menangani setiap kasus terjangkit, termasuk pelacakan dan isolasi

- Dapat meminimalisir risiko di fasilitas kesehatan, termasuk panti jompo

- Melakukan tindakan pencegahan di tempat kerja, sekolah, dan tempat penting lainnya

- Mengelola risiko masuknya virus dari tempat lain

- Mendidik komunitas sepenuhnya tentang normal baru (new normal), dan bagaimana mereka dapat melindungi diri mereka sendiri di masa pandemi seperti ini.


(sef/sef) Next Article Covid-19 Masih Jadi Ancaman, Ini Warning WHO

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular