
Saat Kim Jong Un Nangis, Minta Maaf Belum Bisa Memuaskan

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menangis. Ia terlihat menyeka air matanya yang jatuh saat membuka kaca mata di dalam pidato perayaan Ulang Tahun Partai Buruh Korut ke-75.
Ia bahkan menyebut dirinya belum bisa memuaskan. Khususnya pada orang-orang yang percaya pada dirinya di negeri itu.
"Orang-orang kita telah menaruh kepercayaan, setinggi langit dan sedalam laut, kepada saya," kata Kim dikutip dari Korea Times, Senin (12/10/2020).
"Tetapi saya telah gagal untuk selalu menjalaninya dengan memuaskan. Saya sangat menyesal untuk itu," ujarnya lagi.
Hal ini bukan tanpa sebab. Kim tampak sangat emosional saat menceritakan kesulitan yang tengah dihadapi negaranya.
Bukan hanya sanksi, Korut juga menghadapi sejumlah bencana alam tahun 2020 ini. Mulai dari banjir, topan hingga masuknya corona (Covid-19).
"Berapa banyak orang yang sudah menderita dengan kondisi sulit saat ini," katanya lagi.
"Ketulusan saya belum cukup untuk membersihkan ... orang-orang kesulitan dalam hidup mereka."
Dalam data Trading Economics, belum dilaporkan bagaimana ekonomi Korut sepanjang 2020 ini. Namun secara tahunan (YoY) di 2019, ekonomi hanya tumbuh 0,4%.
Sementara di 2018 ekonomi -4,1%. Di 2017, ekonomi -3,5%.
Sebelumnya, Kim juga memerintahkan negerinya untuk 'perang' selama 80 hari. Bukan perang senjata melainkan perang melawan keterpurukan ekonomi di negeri itu.
Hal ini terungkap dalam pertemuan Partai Buruh, sebagaimana dilaporkan media pemerintah KCNA. Ditulis AFP, 'perang' yang dimaksud ini akan memobilisasi semua orang di negara itu untuk bekerja ekstra, termasuk melakukan tugas tambahan untuk negara.
Semua orang akan diawasi ketat dengan rezim, sebagai ukuran kesetiaan. Sebelumnya hal semacam ini kerap dikecam kelompok hak asasi manusia sebagai kerja paksa.
"Kita telah menunjukkan prestasi bersejarah ... di mana dengan berani mengatasi cobaan dan kesulitan berat, yang belum pernah terjadi sebelumnya tahun ini," katanya pekan lalu.
"Tetapi kami tidak boleh berpuas diri."
"Kita masih menghadapi tantangan yang tidak bisa diabaikan dan ada banyak tujuan yang harus kami capai dalam tahun ini."
Penggunaan terminologi militer seperti 'perang' dan 'pertempuran' adalah hal lazim di Pyongyang untuk menggambarkan perjuangan yang harus dilakukan rakyat. Namun biasanya, KCNA -menurut AFP- akan menulis kata 'kampanye' dalam rilis yang diartikan dalam bahasa Inggris.
(sef/sef) Next Article Geger Dunia Persilatan, Kim Jong Un Nangis Depan Umum, Why?