Sri Mulyani: Indonesia Bakal Punya Dana Investasi Rp 225 T

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
07 October 2020 19:50
Jokowi dan Sri Mulyani (Biro Pers Setpres)
Foto: Jokowi dan Sri Mulyani (Biro Pers Setpres)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bukan mimpi bagi Indonesia untuk bisa menghasilkan dana investasi Rp 225 triliun, yang akan dihasilkan dari Lembaga Pengelola Investasi (LPI) alias Sovereign Wealth Fund (SWF).

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan modal awal pembentukan SWF akan mencapai Rp 75 triliun. Modal awal tersebut akan berasal dari kombinasi aset negara, aset Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan sumber-sumber lainnya.

Mengenai peraturan lebih lanjut mengenai pengoperasian dan pembentukan SWF, kata Sri Mulyani akan diatur lebih lanjut di dalam Peraturan Pemerintah (PP).

"Di dalam PP itu kita akan mengatur mengenai LPI ini dengan penyertaan modal ditentukan di dalam PP yang terdiri dari ekuitas dalam dana tunai, saham BUMN, di mana kita berharap nilainya akan bisa mencapai Rp 75 triliun," jelas Sri Mulyani dalam konferensi pers, Rabu (7/10/2020).

Dalam tahap awal, kata Sri Mulyani kemungkinan pembentukan dana modalnya dalam bentuk dana tunai dengan nilai Rp 30 triliun. Di dalam modal tahap awal ini, akan berasal dari barang milik negara (BMN), saham pada perusahaan-perusahaan BUMN, dan piutang negara.

"Sekarang sudah dibahas adalah injeksi ekuitas dalam bentuk dana tunai, itu nilainya mencapai sampai Rp 30 triliun," ujarnya.

Dengan ekuitas yang bisa mencapai Rp 75 triliun tersebut, pemerintah berharap bisa menarik dana investasi hingga tiga kali lipat atau mencapai Rp 225 triliun.

Model SWF yang akan dibangun oleh RI ini, menurut Sri Mulyani akan dikombinasikan dengan development fund dan stabilization fund. Yang mana akan akan menjadikan SWF internasional seperti Temasek milik Singapura, SWF milik Abu Dhabi dan seterusnya.

Secara struktur kelembagaan, SWF akan terdiri dari Dewan Pengawas dan Dewan Direktur. Di mana Dewan Pengawas terdiri dari Menteri Keuangan, Menteri BUMN dan 3 orang yang berasal dari kalangan profesional.

Dewan Pengawas juga akan dibentuk dari Dewan Pengawas dari Profesional yang independen yang mewakili mitra strategis dari SWF ini.

"Yang nantinya akan diusulkan oleh Presiden, dikonsultasikan kepada DPR, dan diangkat oleh Presiden [...] Kita berharap akan mendapatkan mitra-mitra strategis yang reputable, sehingga kita bisa segera mengembangkan dan menggunakan ini untuk menarik investasi secara lebih baik" tutur Sri Mulyani.

Adapun Dewan Direktur SWF akan bersal dari kalangan profesional. Segela tindak-tanduk yang dijalankan oleh SWF, kata Sri ulyani akan tetap sesuai dengan aturan yang pernah diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi.

"Kita akan tetap sesuai dengan MK mengenai cabang-cabang produksi atau kekayaan negara di atas atau di bawah permukaan tanah yang harus tetap dikuasai negara. Akan tetap kita ikuti sesuai dengan pembahasan saat kita membahas UU Omnibus Law Cipta Kerja," jelas Sri Mulyani.

Sebelumnya, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Budi Gunadi Sadikin telah menggadang-gadang SWF Indonesia akan lebih besar dari Temasek, sekelas dengan Abu Dhabi Investment Authority/ADIA.

Dia memberikan estimasi dana kelolaan SWF yang akan dibentuk nanti bisa mencapai US$ 500 miliar-US$ 600 miliar atau setara dengan Rp 7.350 triliun-Rp 8.820 triliun (kurs Rp 14.700/US$).

Nilai tersebut bakal lebih besar daripada SWF milik Abu Dhabi (Abu Dhabi Investment Authority/ADIA) atau bisa mencapai setengahnya dari nilai SWF Norwegia, Government Pension Fund Global (Norges Bank).

SWF Norwegia saat ini menjadi yang terbesar dunia ini dengan mengelola dana mencapai US$ 1.100 miliar-US$ 1.200 miliar.

Kendati demikian, Budi mengungkapkan, nilai tersebut bisa diperoleh jika seluruh perusahaan BUMN melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO).

Estimasi nilai IPO yang bisa diperoleh mencapai US$ 480 miliar atau setara dengan Rp 7.056 triliun.

Pendapatan BUMN sebelum Covid-19 mencapai Rp 2.400 triliun per tahun, atau setara dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dengan pendapatan sebesar ini, jika semua BUMN melantai di bursa saham dengan harga penjualan saham sebelum Covid-19 bisa berkisar tiga sampai empat kali lipat, maka menurutnya nilai BUMN di pasar bakal mencapai US$ 480 miliar.

"Nah kita suka bandingkan BUMN dengan Temasek dan Khazanah. Kalau nilai BUMN kita mencapai US$ 480 billion (miliar) setara atau mungkin lebih besar dari Temasek dan pasti lebih besar dari Khazanah, mungkin juga sudah sekelas Sovereign Wealth Fund (SWF) Abu Dhabi. Yang paling besar SWF itu Norwegia US$ 1.200 billion," paparnya pada acara diskusi dengan Lemhanas secara virtual pada Selasa (06/10/2020).


(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sri Mulyani Setorkan Nama-Nama Dewan Pengawas SWF ke DPR

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular