
Bakal Disewakan, HK Minta Konsesi Trans Sumatera Jadi Seabad

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama PT Hutama Karya Budi Harto buka-bukaan mengenai rencana perseroan melakukan divestasi ruas tol. Sejumlah konsesi ruas Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang belum lama beroperasi, bakal ditawarkan ke pihak lain.
"Saat ini kita sedang melakukan kajian untuk melakukan divestasi sebagian dari konsesi kami dari ruas-ruas yang sudah beroperasi," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (1/10/20).
Sejalan dengan itu, ia juga mengajukan kepada pemerintah dan DPR untuk perpanjangan masa konsesi. Dengan kondisi kelayakan finansial di tol Sumatera saat ini, ia mengaku mengajukan konsesi sampai 100 tahun.
"Kemudian nanti akan kami lakukan tidak divestasi total tapi hanya sementara begitu, misalnya sampai 30 tahun di beberapa ruas kami pindahkan konsesinya ke pihak ketiga untuk kami mendapatkan fresh money, kemudian kita gunakan untuk menutup pinjaman dan membangun ruas-ruas baru," ucapnya.
Dia menyebut, potensi investor melirik tol milik HK cukup tinggi. Beberapa tol yang bakal didivestasi di antaranya ruas Bakauheni-Palembang dan Pekanbaru-Dumai.
"Ini ruas yang menarik. Karena di Bakauheni-Palembang ini kan hampir dekat Jakarta, kemudian juga ada pelabuhan, kemudian lahannya masih murah. Sehingga saya kira sangat menarik bagi investor karena bisa dikembangkan ke beberapa bisnis yang lain seperti kawasan Industri dan juga wisata," urainya.
"Kemudian juga Pekanbaru-Dumai ini kita tahu pelabuhannya cukup bagus juga, laut dalam, dan langsung berhadapan dengan selat Malaka. Jadi saya kira ruas ruas ini menarik bagi investor," lanjutnya.
Porsi divestasinya akan tergantung kepada hasil kajian dan negosiasi perpanjangan masa konsesi. Dia memberikan ilustrasi, jika konsesi yang didapatkan HK 70 tahun, maka pihaknya akan melepas 30 tahun konsesi untuk divestasi.
"Sehingga setelah 30 tahun, kepemilikan itu masih tetap di Hutama Karya. Jadi setelah 30 tahun nanti pendapatan akan masuk ke Hutama Karya. Dari 30 tahun ini kita harapkan bisa menutup pinjaman dan kemudian bisa kita gunakan membangun jalur jalur baru ke depan," tuturnya.
Dia berharap hasil kajian dari konsultan segera rampung sehingga tahapan divestasi bisa segera dilakukan. Dia menargetkan pada akhir 2020 ini sudah bisa melakukan penawaran kepada investor untuk dilakukan pembahasan lebih lanjut.
Selain divestasi, terdapat sejumlah opsi pendanaan bagi HK. Salah satunya yakni dari PMN sebesar Rp 27 triliun. Selain itu, pendanaan lainnya bersumber dari utang.
"Ada pinjaman dari perbankan lokal. Kemudian kami sudah global bond 600 juta yang ini adalah merupakan bagian dari 1,5 miliar dolar. Kemudian kami juga sudah melakukan kan sekurisasi tol di JORR S, dan akses Tanjung Priok sebesar Rp11 triliun sudah kami gunakan untuk di Sumatera juga dan ada dukungan dari pemerintah sepanjang 80 kilometer senilai Rp 11 triliun," urainya.
Lantas, sebenarnya berapa kebutuhan untuk membangun Tol Trans Sumatera?
"Jadi kalau yang tahap pertama 1.156 Km ini total biayanya Rp 163,9 T. Saat ini dari ekuitas sudah ada Rp 54,2 T, dari pinjaman juga ada Rp 34 T. Sisanya akan dipenuhi dari pinjaman perbankan dan juga dari dukungan pemerintah," ungkapnya.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Targetkan Trans Sumatera 2022, Hutama Karya Butuh PMN Rp 51 T