
Soroti 3 Hal, Begini Isi Pidato Perdana Jokowi di Sidang PBB

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan pidato perdana pada sesi debat umum Sidang Majelis Umum ke 75 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Ini adalah pidato pertama Jokowi di sidang PBB, selama menjabat sebagai Kepala Negara dalam kurun waktu 6 tahun terakhir.
Selama ini, sidang PBB kerap dihadiri Wakil Presiden periode 2014 - 2019 Muhammad Jusuf Kalla.
Sidang ini juga merupakan sidang majelis umum PBB yang pertama kalinya digelar secara virtual.
Tidak semua pimpinan negara hadir secara fisik, sementara delegasi yang hadir juga dibatasi mengikuti protokol kesehatan.
Dalam kesempatan tersebut, Jokowi menyampaikan keprihatinan dengan kondisi dunia saat ini. Konflik masih terjadi, kemiskinan dan kelaparan masih dirasakan sebagian masyarakat, ditambah dengan adanya pandemi Covid-19.
![]() Pidato Perdana Presiden Joko Widodo di Sidang PBB (Dok. Kementerian Luar Negri) |
"Pimpinan sidang yang terhormat, di usia PBB yang ke 75 ini kita patut bertanya, apakah dunia yang kita impikan tersebut sudah tercapai? Saya kira jawaban kita sama : Belum," kata Jokowi, Rabu (23/9/2020).
Setidaknya, ada tiga hal yang menjadi sorotan Jokowi.
Berikut penjelasan lengkap Jokowi dalam sidang perdana PBB, yang disiarkan Youtube Sekretariat Presiden :
Yang Mulia Presiden Majelis Umum PBB, Yang Mulia Sekjen PBB.
Tahun ini genap 75 tahun usia PBB, 75 tahun yang lalu PBB dibentuk agar perang besar, PD II tidak terulang kembali.
75 tahun lalu PBB dibentuk agar dunia bisa lebih damai, stabil, dan sejahtera.
Karena perang tidak akan menguntungkan siapapun. Tidak ada artinya sebuah kemenangan dirayakan di tengah kehancuran, tidak ada artinya menjadi kekuatan ekonomi terbesar di tengah dunia yang tenggelam.
Pimpinan sidang yang terhormat, di usia PBB yang ke 75 ini kita patut bertanya, apakah dunia yang kita impikan tersebut sudah tercapai?
Saya kira jawaban kita sama : Belum.
Konflik masih terjadi di berbagai belahan dunia. Kemiskinan, dan bahkan kelaparan masih terus dirasakan.
Prinsip-prinsip piagam PBB dan hukum internasional kerap tidak diindahkan, termasuk penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah. Kita semua prihatin melihat situasi ini.
keprihatinan kita menjadi semakin besar di saat pandemi Covid-19 ini. Di saat kita semua bersatu padu, bekerja sama melawan pandemi, yang justru kita lihat adalah masih terjadinya perpecahan dan rivalitas yang semakin menajam. Padahal, kita seharusnya bersatu padu, selalu menggunakan pendekatan win win pada hubungan antarnegara yang saling menguntungkan.
Kita tahu dampak pandemi ini sangat luar biasa, baik dari sisi kesehatan maupun sosial ekonomi. Kita juga faham, virus ini tidak mengenal batas negara, no one is safe until everyone is (safe).
Jika perpecahan dan rivalitas terus terjadi, maka saya khawatir pijakan bagi stabilitas dan perdamaian yang lestari akan goyah atau bahkan akan sirna. Dunia yang damai, stabil, dan sejahtera semakin sulit diwujudkan.
Yang Mulia, tahun ini Indonesia juga merayakan kemerdekaan yang ke-75 tahun.
Dan sudah menjadi tekad kami, Indonesia terus berkontribusi bagi perdamaian dunia sesuai amanah konstitusi. Indonesia akan terus memainkan peran sebagai bagian dari solusi.
Secara konsisten, komitmen ini terus dijalankan Indonesia, termasuk saat Indonesia duduk sebagai DK PBB. Spirit kerja sama akan selalu dikedepankan Indonesia, spirit yang menguntungkan semua pihak, tanpa meninggalkan satu negara pun. No one, no no country should be left behind.
Persamaan derajat inilah yang ditekankan Bapak Bangsa Indonesia, Soekarno, Bung Karno saat KAA di Bandung tahun 1955 yang menghasilkan Dasa Sila Bandung.
Hingga kini prinsip Dasa Sila Bandung masih sangat relevan, termasuk untuk penyelesaian perselisihan secara damai, kemajuan kerja sama, dan penghormatan terhadap hukum internasional.
Palestina adalah satu-satunya negara yang hadir dalam KAA yang sampai sekarang belum menikmati kemerdekaannya. Indonesia terus konsisten memberikan dukungan bagi palestina, untuk mendapatkan hak-haknya.
Di kawasan kami sendiri, bersama dengan negara-negara ASEAN lainnya, Indonesia terus menjaga Asia tenggara sebagai sebuah kawasan yang damai, stabil, dan sejahtera.
Pada hari jadinya ke-53, 8 Agustus 2020 yang lalu ASEAN kembali menegaskan komitmennya untuk menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan. Spirit kerja sama dan perdamaian inilah yang kemudian didorong Indonesia ke kawasan yang lebih luas, kawasan indopasifik melalui ASEAN Outlook of the Indopacific.
Yang Mulia, melihat situasi dunia sekarang ini ijinkan saya menyampaikan beberapa pemikiran.
Pertama, PBB harus senantiasa berbenah diri, melakukan reformasi, revitalisasi, dan efisiensi.
PBB harus dapat membuktikan bahwa multilateralism delivered, termasuk pada saat terjadinya krisis.
PBB harus lebih responsif dan efektif dalam menyelesaikan berbagai tantangan global, dan kita semua memiliki tanggung jawab untuk memperkuat PBB agar PBB tetap relevan dan semakin kontributif sejalan dengan tantangan zaman.
PBB bukanlah sekedar sebuah gedung di kota NY, tapi sebuah cita-cita dan komitmen bersama seluruh bangsa untuk mencapai perdamaian dunia dan kesejahteraan bagi generasi penerus.
Indonesia memiliki keyakinan yang tidak tergoyahkan terhadap PBB dan multilateralisme dan multilatealisme adalah satu-satunya jalan yang dapat memberikan kesetaraan.
Kedua, collective global leadership harus diperkuat. Kita paham bahwa dalam hubungan antar negara dalam hubungan internasional, setiap negara selalu memperjuangkan kepentingan nasionalnya.
Namun, jangan lupa kita semua mempunyai tanggung jawab untuk kontribusi menjadi bagian bagi solusi bagi perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan dunia.
Di sinilah dituntut peran PBB untuk memperkokoh collective global leadership. Dunia membutuhkan spirit kolaborasi dan kepemimpinan global yang lebih kuat untuk mewujudkan dunia yang lebih baik.
Ketiga, kerja sama dalam penanganan Covid-19 harus kita perkuat, baik dari sisi kesehatan, maupun dampak sosial ekonominya. Vaksin akan menjadi game changer dalam perang melawan pandemi.
Kita harus bekerja sama untuk memastikan, bahwa semua negara mendapatkan akses setara terhadap vaksin yang aman dan dengan harga terjangkau. Untuk jangka panjang tata kelola ketahanan kesehatan dunia harus lebih diperkuat.
Ketahanan kesehatan dunia yang berbasis pada ketahanan kesehatan nasional akan menjadi penentu masa depan dunia. Dari sisi ekonomi. reaktivasi kegiatan ekonomi secara bertahap harus mulai dilakukan dengan melakukan koreksi terhadap kelemahan-kelemahan global supply chain yang ada saat ini.
Aktivasi ekonomi harus memprioritaskan kesehatan warga dunia. Dunia yang sehat dunia yang produktif harus menjadi prioritas kita.Semua itu dapat tercapai jika semua bekerja sama bekerja sama dan bekerja sama. Mari kita memperkuat komitmen dan konsisten menjalankan komitmen untuk selalu bekerja sama.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potret Jokowi Pidato di Sidang PBB
