
Kemesraan Israel-UEA, Menantu Trump, & Masa Depan Palestina

Jakarta, CNBC Indonesia - Manuver Penasihat Gedung Putih Jared Kushner di Timur Tengah masih terus berlanjut. Usai menemani delegasi Israel ke Uni Emirat Arab (UEA) untuk membicarakan normalisasi hubungan UEA-Israel di Abu Dhabi, Senin (31/8/2020), Kushner meneruskan tur ke negara-negara di kawasan Teluk lainnya mulai Selasa (1/9/2020).
Tujuan menantu Presiden AS Donald Trump itu tidak main-main. Ia ingin agar semakin banyak negara mengikuti jejak UEA yang menormalisasi hubungan dengan Israel. Seperti diketahui, kedua negara itu telah membentuk komite bersama untuk bahu membahu dalam konteks penyiapan layanan keuangan.
Palestina telah mengecam normalisasi hubungan UEA dan Israel. Menurut mereka, langkah itu melanggar posisi Pan Arab yang sejak lama berkeyakinan normalisasi hanya bisa diwujudkan apabila Israel menyerahkan 'lebih banyak tanah' kepada Palestina.
Middle East Eye melaporkan, Kushner kemudian terbang ke Bahrain, Arab Saudi, dan kemudian Qatar. Meski tidak ada negara Arab lain yang menunjukkan kesediaan mengikuti jejak UEA, Saudi selaku negara terkaya telah mengizinkan penerbangan charter El Al yang membawa Kushner dan Israel melintasi wilayah udaranya.
Dalam sambutan yang dirilis kantor berita UEA, yaitu WAM, Kushner menyarankan negara-negara Arab lainnya dapat segera menyusul jejak UEA. Saat ditanya kapan normalisasi negara-negara Teluk lainnya dapat terwujud, Kushner menjawab, "Mari berharap dalam beberapa bulan ke depan."
Di Saudi, Kushner menemui Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Kushner dan Salman menilai penting bagi Palestina dan Israel untuk melanjutkan negosiasi demi mencapai perdamaian abadi. Demikian laporan kantor berita negara Saudi, yaitu SPA.
Sementara di Bahrain, negara Teluk yang memfasilitasi markas Angkatan Laut AS, kantor berita negara melaporkan dalam pertemuan dengan Kushner, Raja Bahrain Hamad bin Isa Al Khalifa memuji peran yang dimainkan UEA dalam membela kepentingan Arab dan Islam.
Sementara di Qatar, sang emir Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani menekankan kalau Qatar mendukung solusi dua negara bagi Israel dan Palestina. Hal itu sesuai dengan hukum internasional.
Pada Selasa (1/9/2020), seorang pejabat UEA menyatakan Abu Dhabi telah memperoleh komitmen dari Israel dan AS untuk menghentikan rencana untuk mencaplok wilayah Tepi Barat, Palestina. Namun, ketika ditanya apakah aneksasi akan berarti membuat proses normalisasi akan buyar, pejabat Kementerian Luar Negeri UEA Jamal al-Musharakh menjawab, "Tidak."
Ia mengatakan, UEA tidak dapat memprediksi langkah Israel di masa depan. Hubungan kedua negara pun berkembang ke beberapa bidang. Israel bersikeras aneksasi tetap mungkin terjadi.
Sementara itu, dalam pidatonya yang berapi-api pada Selasa (1/3/2020), pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khameni mengatakan, "Orang Emirat akan dipermalukan selamanya karena pengkhianatan terhadap dunia Islam, negara-negara Arab dan Palestina ini."
"UEA bersama dengan orang Israel dan orang Amerika Serikat jahat seperti anggota keluarga Trump berdarah Yahudi, bekerja sama melawan kepentingan dunia Islam," kata Khamenei mengacu kepada sosok Kushner yang notabene seorang Yahudi.
Ditanya tentang pernyataan Khamenei, Musharakh mengatakan kepada wartawan di Abu Dhabi, "Jalan menuju perdamaian dan kemakmuran tidak diawali dengan hasutan dan ujaran kebencian."
(miq/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bahrain Terpincut Magnet Israel
