
Bukan Cuma RI, Ini Negara Target "Pangkalan Militer" China

Jakarta, CNBC Indonesia - China menargetkan sejumlah negara di dunia, termasuk Indonesia, sebagai tempat membangun pangkalan militer. Hal itu diungkapkan Departemen Pertahanan Amerika Serikat (US Department of Defense) dalam laporan tahunan ke Kongres bulan ini.
"Di luar pangkalannya di Djibouti, China kemungkinan besar sudah mempertimbangkan dan merencanakan fasilitas logistik militer tambahan untuk mendukung proyeksi angkatan laut, udara, dan darat," jelas departemen tersebut dalam laporannya.
Sebelumnya pada Agustus 2017, China telah secara resmi membuka pangkalan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) pertamanya di Djibouti. Marinir Angkatan Laut PLA ditempatkan di pangkalan dengan kendaraan lapis baja dan artileri beroda, tetapi saat ini bergantung pada pelabuhan komersial terdekat karena kurangnya dermaga di pangkalan.
AS menyebut personel PLA di fasilitas itu telah mengganggu penerbangan AS dan China dituduhnya telah berusaha untuk membatasi wilayah udara kedaulatan Djibouti di atas pangkalan tersebut.
Dalam laporannya, departemen pertahanan AS menyebut ada sejumlah negara yang menjadi target tempat pembangunan pangkalan militer. Negara-negara itu umumnya adalah negara yang memiliki kerjasama Belt and Road Initiative (BRI/OBOR) dengan China.
Beberapa negara itu di antaranya adalah Myanmar, Thailand, Singapura, Indonesia, Pakistan, Sri Lanka, Uni Emirat Arab, Kenya, Seychelles, Tanzania, Angola, dan Tajikistan.
"Saat ini, China menggunakan infrastruktur komersial untuk mendukung semua operasi militernya di luar negeri, termasuk kehadiran PLA di wilayah negara lain, termasuk pangkalannya di Djibouti.
"Beberapa proyek OBOR China dapat menciptakan potensi keuntungan militer, seperti akses PLA ke pelabuhan asing yang dipilih untuk memposisikan sebelumnya dukungan logistik yang diperlukan untuk mempertahankan penyebaran angkatan laut di perairan sejauh Samudra Hindia, Laut Mediterania, dan Samudra Atlantik untuk melindungi minat yang berkembang." Jelas laporan itu.
Proyek BRI/OBOR yang digagas Presiden China Xi Jinping pada 2013, memang telah lama dicurigai AS memiliki "tujuan tersembunyi", dan karenanya telah sering dijadikan bahan kritik negara yang dipimpin Presiden Donald Trump itu.
Namun demikian, China telah berulang kali menegaskan bahwa proyek itu merupakan proyek investasi yang fokus pada pembangunan infrastruktur darat, laut, dan udara secara besar-besaran untuk meningkatkan dan memperbaiki jalur perdagangan dan ekonomi antar negara di Asia dan sekitarnya.
Sebelumnya China dilaporkan telah menyediakan dana yang besar bagi anggota program ini, yaitu menggelontorkan dana sebesar US$150 miliar atau setara Rp 2.137,6 triliun per tahun. Dana itu bisa dipinjam negara peserta program tersebut untuk membangun infrastruktur mereka.
Dalam laporan tahunan tersebut, AS juga menyebut bahwa upaya China akan mengganggu operasi militer AS dan mendukung operasi ofensif terhadap negara tersebut. Oleh karenanya AS mengecam langkah itu.
"Sumber resmi China menegaskan bahwa fasilitas logistik militer, termasuk pangkalan Djibouti, akan digunakan untuk menyediakan barang publik internasional seperti dukungan untuk operasi PBB dan HA/DR (Ketersediaan Tinggi/Pemulihan Bencana), dan untuk mengamankan jalur komunikasi, warga negara, dan aset China di luar negeri.
"Terlepas dari itu, jaringan logistik militer PLA global dapat mengganggu operasi militer AS dan mendukung operasi ofensif terhadap Amerika Serikat seiring dengan berkembangnya tujuan militer global China."
(res/res)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China-Iran Latihan Militer Bersama di Rusia, Mau Lawan AS?
