Harga BBM Turun Perlebar Gap dengan Biodiesel, Ini Langkah RI

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
04 August 2020 11:07
Menteri ESDM Ignasius Jonan melepas road test B30 di gedung KESDM, Jakarta, Kamis (13/6). B30 akan menggantikan pemakaian BBM impor sebesar 55 juta barel. B30 akan menggantikan pemakaian BBM impor sebesar 55 juta barel. Menteri ESDM Ignasius Jonan didampingi Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar, me-launching Road Test Penggunaan Bahan Bakar B30 (campuran biodiesel 30% pada bahan bakar solar) pada kendaraan bermesin diesel. Launching Road Test B30 ditandai dengan pelepasan keberangkatan 3 unit truk dan 8 unit kendaraan penumpang berbahan bakar B30 yang masing-masing akan menempuh jarak 40 ribu dan 50 ribu kilometer. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Launching B30 (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - PandemiĀ Covid-19 berdampak kepada penurunan konsumsi bahan bakar minyak (BBM). Implikasinya adalah terjadi penurunan harga minyak yang bermuara kepada pelebaran gap harga dengan biodiesel. Lalu, bagaimana langkah pemerintah menghadapi kondisi tersebut?

Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Monty Girianna mengatakan, biodiesel merupakan program strategis untuk ketahanan energi dan menguragi defisit transaksi berjalan.

Namun, gara-gara pandemi, permintaan pada energi terus turun. Harga yang murah membuat BBM berbasis fosil lebih dilirik. Ini menjadi tantangan tersendiri di tengah upaya pemerintah dalam menggenjot program B30 menuju B40 tahun depan.

"Pemerintah memberikan beberapa instrumen tambahan, program tetap stay, berlangsung, B30, B40, suatu saat green diesel artinya 100% dari sawit," ujar Monty dalam acara Exclusive Interview, bertajuk "Biodisel Pascapandemi Covid-19, Lanjut atau Terhenti?" di CNBC Indonesia, Kamis, (30/07/2020).

Lebih lanjut, dia mengatakan, demi menjaga keberlangsungan program biodiesel, pemerintah membuat aturan soal pungutan ekspor US$ 55 per ton.



"Kalau gap besar, harga solar turun, gap besar akan berat bagi kita push program ini. Oleh sebab itu, oke jalan dengan kepastian US$ 55 per ton. Agar program ini jalan terus dan jadi kewajiban kita kedepankan prinsip-prinsip biodiesel dan dapat portofolio sawit cukup," kata Monty.

Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Eddy Abdurrahman menegaskan program biodiesel ini harus dilanjutkan karena berkaitan erat dengan program kelapa sawit berkelanjutan. Gap antara minyak solar dengan CPO harus diisi dukungan dari pemerintah dengan lewat dana yang disalurkan melalui BPDPKS.

"Sehingga harga keekonomian pengguna akhir masih bisa terjangkau. Dibentuklah BPDPKS untuk mendukung program biodiesel dalam bentuk berikan dana selisih antara harga biodiesel dengan harga solar," ujar Eddy.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Faisal Basri: Progam B30 Berpotensi Timbulkan Mafia Biodiesel

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular